Anestesi Pada Hypertensi
Merupakan kondisi terjadinya peningkatan tekanan arterial diatas tekanan
normal, batasnya :
Kategori Sistolik Diastolik
·
Optimal <120 <80
·
Normal <130 <85
·
Normal tinggi 130-139 85-89
Hipertensi
·
Stage 1 140-159 90-99
·
Stage 2 160-179 100-109
·
Stage 3 >180 >110
Dikenal juga istilah hipertensi emergency yaitu suatu
kondisi kegawatan dimana tekanan darah harus segera diurunkan, sedangkan hipertensi
urgency tekanan darah harus diturunkan dalam waktu 24 jam.

Pada evaluasi preoperatif sangat penting mengetahui terhadap efek
komplikasi makrovaskuler (hipertensi
sistolik) maupun pada efek mikrosirkulasi (diastolik), penggalian terhadap faktor penyebab hipertensi (gemuk,
kolesterol), efek yang mungkin telah adaà iskemik myokard, (riwayat aktifitas dengan METs), neuropati, gagal
ginjal, iskemik cerebral (stroke), maupun kecurigaan telah terjadinya
aterosklerosis. Penggalian data obat-obatan yang telah diminum juga sangat
penting, hal ini berkaitan dengan efek obat yang mngkin terjadi (efek terhadap
tekanan darah, efek terhadap keseimbangan elektrolit dan mungkin pengaruhnya
terhadap sistem eksresi). Pemeriksaan fisik juga mengarah kepada komplikasi
yang mungkin telah ada, EKG, x foto thorak, jika mungkin echokardiografi,
laboratorium lengkap, elektrolit, ur cr, CKMB, troponin.
Pada operasi elektif tekanan darah yang masih dapat ditolerir adalah
180/110 mmHg (Yao book), bila ditunda tetap dilakukan terapi selama 6-8
minggu dengan target tensi 140/90 mmHg. Golongan obat terdiri diuretik (HCT,
furosemide, spinorolaktone), ACE inhibitor (Captopril, ramipril), Ca
Antagonis (nifedipine, diltiazem, amlodipine), alpha 2 agonis (clonidine),
ARB (angiotensing
releasing blokerà valsartan), beta bloker (propanolol,
esmolol), vasidilator perifer (nitropruside, nitrogliserine)
Pada hipertensi yang tidak terkontrol, sebaiknya tidak dilakukan
hipotensi kendali dalam anestesi, hal ini dikarenakan pada hypertensi kronis
telah terjadi pergeseran autoregulasi ke kanan secara kronis.
Pada induksi dan durante operasi sebaiknya obat-obatan yang telah
diminum tetap dilanjutkan, beta bloker sangat penting pada pasien iskemi, tetapi
hati-hati durante operasi akan menutupi efek kompensasi dari kardiovasculer, premedikasi
untuk mencegah kecemasan pasien (midazolam), dengan penggunaan
fentanyl untuk mejaga gejolak hemodinamik (5-10 mcg/kgbb). Evaluasi dalam
monitoring terhadap pasien disamping monitoring pada umumnya (tensi, nadi,
suhu, HR, EKG), juga diarahkan pada efek komplikasi yang mungkin terjadi dari
efek tekanan darah yang naik. Tujuan teknis anestesi adalah mencegah iskemik
myokard (menjaga tensi, nadi), mencegah hipoperfusi (hipotensi),
perdarahan cerebri (hypertensi), gangguan ginjal (hipoperfusi).
Ekstubasi sebaiknya dilakukan secara halus atau dengan ekstubasi dalam,
pada masa pasca operatif juga merupakan masa yang penting, sehingga evaluasi
terhadap efek komplikasi sangat penting.
Hal-hal yang memerlukan perhatian pada pasien dengan hipertensi adalah,
efek komplikasi, fisiologi pasien dalam kondisi hipovolemi (penggunaan agent
vasodilatasi à roller-coster
effect. (Posting by GN)
Komentar