Sering kita
temukan dalam proses persalinan seorang ibu yang tenang dalam menghadapinya
sampai proses persalinan selesai, tetapi tidak jarang kita dengar jeritan dan
sampai cerita ibu bidan ataupun dokter
kandungan sampai tangannya lecet karena genggaman pasien yang keras dan terkena
kukunya pasien. Mengapa ini bisa terjadi ? ini pertanyaan yang sering muncul
dikalangan masyarakat. Secara teori memang bisa dibenarkan kejadian ini, hal
ini dikarenakan perasaan nyeri merupakan pengalaman subyektif seseorang dalam
merespon kejadian nyeri sebelumnya ataupun faktor pengalaman hidup yang pernah
dialami, atau persalinan merupakan
pengalaman emosional yang melibatkan mekanisme fisiologis dan psikologis
seseorang.
Nyeri persalinan
memiliki sifat yang komplek, karena hal ini juga dipengaruhi oleh nyeri
visceral maupun somatik. Nyeri visceral kadang sulit untuk mengidentifikasi dan
di sebarkan diarea perut bagian bawah, sakrum(pantat) dan punggung yang merujuk
pada dermatom T10-L1, sifat nyeri ini kadang kurang sensitif dengan pemberian
opioid, sedangkan nyeri somatik ini lebih bisa terlokalisir karena bersifat
tajam dan jelas ke arah vagina (kemaluan), rektum (dubur) dan perineum dan
biasanya karena faktor perlukaan. Nyeri type ini dihantarkan melalui T10 sampai
S4 dan biasanya lebih respon/mempan terhadap opioid. Sel-sel saraf ini akan
melalui tanduk dorsal dan ditransmisikan ke otak melalui saluran
spino-thalamic. Transmisi ini menuju hipotalamus dan sistem limbik untuk dipersepsikan
dalam respon emosional dan otonom dengan rasa sakit. Disamping faktor tersebut
besarnya bayi yang mengakibatkan regangan uterus, primipara (kehamilan pertama)
serta intervensi obstetrik juga mempunyai peranan timbulnya nyeri selama
persalinan. Kontraksi uterus, dilatasi serviks dan penipisan selama proses
persalinan juga akan menimbulkan perasaan nyeri.
Rasa nyeri
hebat yang dirasakan dan cemas juga akan mempengaruhi fisiologi tubuh yang akan
mengakibatkan tekanan darah akan naik, peningkatan denyut jantung, kegelisahan,
sehingga akan menggangu konsentrasi ibu selama persalinan. Saat ini ada teknik
untuk mengurangi sampai bebas nyeri selama proses persalinan yang dikenal
dengan nama “ILA” (Intrathecal Labour
Analgesia) dan “WELA” (Walk Epidural
Labour Analgesia). Dengan teknik ini seorang ibu akan berkurang rasa nyeri
sampai terbebas dari nyeri selama proses persalinan, sehingga akan mengurangi
kecemasan.
ILA
Merupakan
teknik untuk menghilangkan nyeri persalinan dengan cara memasukkan obat ke ruang
sub arackhnoid, seperti layaknya spinal pada operasi bedah caesar, tetapi
digunakan pada waktu yang pas dan dosis yang tepat.
Biasanya
pasien setelah menandatangi persetujuan dan siap sambil duduk atau tidur
miring, dibersihkan area suntikan, setelah itu akan disuntikan dengan jarum
spinal menuju ruang subarachnoid, bila dipastikan masuk maka obat akan
dimasukkan sesuai dosis yang telah direncanakan.
Banyak
teori yang digunakan berkaitan dosis obat anelgesia, diantaranya dengan
mengkombinasikan bupivacain dengan fentanyl, dalam literatur disebutkan dengan
memberikan dosis bupivacain 2,5 mg dengan fentanil 25 mcg pada fase aktif
persalinan, akan meningkatkan keberhasilan untuk bebas nyeri selama persalinan
dengan mempercepat dilatasi servic. Kombinasi lainnya dapat menggunakan
bupivcain 2,5 mg dengan mengkombinasikan dengan clonidin 30 mcg. Kombinasi
bupivacain 2,5 mg, dengan fentanyl 25 mcg juga menambahkan 30 mcg clonidin.
Dengan kombinasi semacam ini akan menaikkan onset kemampuan teknik ILA dalam meredam
sakit selam proses persalinan.
WELA
WELA (Walk Epidural Labour Analgesia)
merupakan teknik epidural dengan pemberian dosis rendah, sehingga pasien masih
bisa berjalan tetapi masih mempunyai kekuatan untuk menahan rasa sakit selama
persalinan. Bisanya pasien dalam posisi duduk atau tidur miring disterilkan
pada area injeksi yaitu sekitar lumbal 2-3 / 3-4, setelah dianestesi lokal
jarum epidural dimasukkan sampai ke ruang epidural yang ditandai dengan ruang
yang bertekanan negatif. Setelah dipastikan masuk diikuti dengan pemasangan
kateter epidural yang berfungsi untuk memberikan obat secara kontinue. Setelah
melewati tes, memastikan ketetr epidural tidak masuk ruang subarackhnoid atau
pembuluh darah maka obat akan dimasukkan.
Hasil
penelitian dengan dosis bupivacain 0,1% dan fentanyl 0,002%, dengan injeksi
awal 10 cc dan dilanjutkan secara kontinyu 5 cc perjam menghasilkan pasien
bebas nyeri diatas 80%.
WELA ini
bisa diberikan sebelum fase aktif persalinan, sehingga ibu benar-benar lebih
awal terbebas dari nyeri selama proses
persalinan. Keuntungan lainnya dari teknik WELA, bila kondisi tidak
memungkinkan karena berbagai faktor sehingga berlanjut ke operasi sectio
caesaria, maka obat anestesia tinggal dimasukkan melalui kateter epidural
sehingga lebih praktis dan efektif.
Bebrapa
penelitian juga menyebutkan bahwa teknik WELA ini tidak terlalu mempengaruhi
DJJ, kontraksi uterus serta hemodinamik pasien.
Perlu
diingat bahwa teknik ILA dan WELA juga mempunyai indikasi, kontraindikasi dan
kemungkinan efek samping yang bisa terjadi. Salah satu indikasi yang
memungkinkan secara medis adalah untuk peringan selama proses persalinan yang
diharuskan pada pasien tidak merasakan nyeri, misalnya penyakit jantung, atau
memang pasien menginginkannya. Sedangkan kontra indikasi tindakan ini
diantaranya pasien menolak, ada infeksi didaerah suntikan, tekanan didalam
kepala meningkat, gangguan pembekuan darah ataupun hipertensi berat, defisit
neurolgis (tidak mutlak). Sedangkan efek samping yang mungkin bisa ditimbulkan
diantaranya rusaknya saraf karena tusukan jarum sehingga terjadi kelumpuhan,
alergi obat-obatan, penurunan tekanan darah, kejang, infeksi dalam susunan
saraf pusat, spinal letak tinggi ataupun blokade saraf sampai ke jantung, bisa
juga terjadi kejang sampai berhentinya jantung karena obat masuk ke dalam
pembuluh darah.
Pada
prinsipnya semua teknik kedokteran itu ada peruntukkannya, hasil yang
diharapkan, dan kemungkinan efek samping yang ditimbulkan akibat tindakan
kedokteran, oleh karena itu pasien dan keluarga harus memahami dan menyetujui
tindakan yang akan dilakukan yang dibubuhkan dalam lembar inform concent.
Oleh : dr.
Igun Winarno, SpAn
Komentar
kalau ada, boleh minta, dok?