Surveior LARSDHP/DIklat RSUD Ajibarang
Rumah sakit itu sebuah wahana yang sangat kompleks, hampir semua profesi ada di dalamnya. Dokter, ahli hukum, ahli bangunan, ahli sanitasi, keperawatan, bidan, kebersihan, pasien dengan berbagai sumber background, tukang parkir dan hampir semua kadang bisa ditemukan.
Satu hal terpenting, rumah sakit adalah wahana utama orang,
berburu bantuan tentang kesehatannya. Walau tidak menutup kemungkinan adanya
wahana-wahana yang lain, diantaranya wahana pendidikan, penelitian dan edukasi.
Kompleksitas inilah yang harus dikelola dengan baik,
terutama dari sisi tata cara berkomunikasi. Bagaimana rumah sakit bisa
membangun komunikasi yang baik, efektif, komunikasi yang suportif, komunikasi
yang membuat orang yang mendengar merasakan “happy”.
Cukup itu saja, tentunya tidak juga, tetapi komunikasi itu
harus terjalin dengan tidak menimbulkan misprespsi. Pencegahan mispersepsi
ini tentunya sangatlah penting, terutama tertkait dengan masing-masing
profesional pemberi asuhan (PPA) dalam berinteraksi terkait dengan pasien.
Tujuan disini tentunya untuk keselamatan pasien.
Mispersepsi, terjadinya kesalahan pendengaran akan
menimbulkan kondisi lain yang dikehendaki, seingga akan membahayakan obyek,
dalam hal ini pasien.
Komunikasi di rumah sakit sendiri bisa dilakukan berbentuk verbal,
elektronik, atau tertulis.
Komunikasi yang buruk dapat membahayakan pasien, rentan
terjadi kesalahan, misalnya terkait perintah lisan atau perintah melalui
telepon. Komunikasi verbal, saat menyampaikan hasil pemeriksaan kritis yang
harus disampaikan lewat telepon atau instruksi pengobatan. Bila dilakukan
dengan buruk bisa mengakibatkan mispersepsi atau salah makna, sehingga
asessment yang dilakukan tidak tepat dan rekomendasi yang diberikan juga tidak
tepat.
Faktor pemicu komunikasi yang buruk, bisa disebabkan karena
faktor pendengar, pemberi pesan, bisa juga isi pesan yang mengandung kemiripan (look
alike, sound alike).
Perlu diingat bahwa meningkatkan peran komunikasi yang efektif
merupakan sasaran yang kedua dari 6 (enam) Sasaran Keselamatan Pasien (SKP).
Kontekstual ini menunjukkan komunikasi yang efektif sangatlah diperlukan di
rumah sakit.
Komunikasi dikatakan efektif bila berhasil mencapai tujuan
yang diharapkan, seperti diterima, dipahami, mengubah persepsi, dan mengubah
perilaku atau melakukan aksi sesuai tujuan.
Tahapan Komunikasi
Kata tak kenal tak sayang, memang sangatlah penting untuk
membangun komunikasi yang efektif, inilah bebrapa tahap komunikasi dengan
pasien;
a. Dahului dengan ucapan salam dan apresiasi
terhadap lawan bicara dalam hal ini pasien, apresiasi bisa bentuk apa saja, doa
atau hanya sekedar cerita
b. Jangan lupa perkenalkan diri, tanyakan identitas
lawan bicara, lihatlah gelang pasien, sehingga informasi yang direncakankan
tidak akan mengalami salah sasaran.
c.
Kontak semacam ini bisa dilanjutkan dengan
berjabat tangan untuk lebih mendekatkan diri dengan pasien, makanya jangan lupa
cuci tangan sebelum kontak dengan pasien.
d.
Setelah pengkondisian dilakukan dengan baik,
segeralah lakukan komunikasi terkait dengan keluhan pasien, pemeriksaan dan
edukasi yang diberikan.
e.
Jangan lupa setelah selesai, melakukan review
sederhana terhadap komunikasi yang telah dilakukan, ini untuk membangun
psikososial pasien, merasa diperhatikan dan menumbuhkan spirit kesembuhan atau
untuk menilai apakah sampai dan diterima informasi yang sudah kita berikan.
f.
Komunikasi lanjutan dari profesional pemberi asuhan
(PPA) tentunya merangkum menjadi sebuah asesmen dan perencanaan yang akan
tertulis didalam rekam medis. (Bnetuk komunikasi tertulis).
SBAR
Secara umum langkah ini, bisa diperhatikan dengan metode
SBAR (Situtation, Background, Assesment, dan recommendation).
Berikut penjelasan mengenai startegi SBAR:
• S: Situation, PPA
menjelaskan menjelaskan situasi terkini yang terjadi pada pasien. Jadi dalam
progres perkembangan pasien, kondisi disaat inilah yang menjadi prioritas.
• B: Background; Yakni
informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi dan latar belakang pasien
terkini. Tentunya, ada saat ini ada saat sebelumnya, inilah kondisi yang
terkait dengan apa yang ditemukan disaat ini.
• A: Assessment; Yakni hasil
pengkajian kondisi pasien terkini/ terakhir. Semua yang didapatkan dilakukan
pengkajian secara mendalam, atau yang menjadi prioritas disaat informasi ini
disampaikan.
• R: Recommendation;
Yakni rekomendasi yang diberikan terkait dengan temuan disaat ini dan hasil
asesment secara keseluruhan. Rekomendasi inilah sebagai dasar untuk melakukan
tindakan, apa yang harus dikerjakan terhadap pasien.
Sistem informasi komunikasi efektif semacam SBAR ini bisa
dilakukan juga pada komunikasi pelaporan angka kritis, pelaporan kondisi emergency,
pelaporan perencanaan operasi dan lainnya.
CABAK
Komunikasi efektif antar PPA bisa berbeda dilakukannya,
terutama yang terkait dengan komunikasi dengan bertelepon. Secara umum
komunikasi secara verbal ini sering menimbulkan kesalahan. Untuk mereduksi
kesalahan, bisa dilakukan dengan sistem CABAK (Catat, Baca dan Konfirmasi).
Ca-catat; disaat menerima pesan yang diberikan, kita langsung
lakukan pencatatan pada tempat yang seharusnya catatan perkembangan pasien
terintegrasi (CPPT).
Ba-Baca; yang kita tuliskan ditempat seharusnya, langsung
bacakan kepada pemberi pesan
K-Konfirmas; segera meminta korfirmasi, benar atau salah
yang telah kita bacakan, demikian juga pemberi pesan harus secepatnya
melegitimasi pesan yang disampaikan dengan memberikan tanda tangan di dalam
CPPT
Inilah sebuah komunikas yang efektif yang bisa dilakukan
didalam rumah sakit. Semua tergantung kesadaran dari masing-masing PPA untuk
menjalankannya. Sebagai titik fokus kita adalah keselamatan dan kepuasan
pasien.
“Sebuah budaya keselamatan pasien hanya akan terbentuk jika
semuanya menyadari dan terus dilakukan secara berulang dan terus berulang” –
Igun
Malam 30 April 2024
Igun Winarno
Komentar