Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2025

SUARA SAWAH YANG TAK PERNAH DIAM

  (Cerpen oleh Igun Winarno) Angin sore berhembus lembut di atas pematang. Langit mengguratkan lembayung yang lembut, seolah menorehkan senyum Tuhan di cakrawala. Di kejauhan, hijau pegunungan berbaur dengan kabut tipis, menghadirkan keheningan yang menenangkan jiwa. Namun keelokan itu terasa kontras dengan pemandangan di hadapan gubug reyot di tengah sawah yang mulai mengering. Seorang lelaki tua duduk bersandar di sana — Mbah Tarno, tubuhnya renta tapi matanya masih menyimpan cahaya kasih seorang ayah. Pandangannya tertuju pada hamparan padi yang tak lagi hijau. Daun-daun menguning sebelum waktunya, batangnya kering, bulir-bulirnya hampa. Langit tampak muram, tapi hujan seperti menahan tangisnya di ujung langit. “Gusti… sawah iki sepi kaya ati sing garing,” desahnya pelan. (Ya Tuhan… sawah ini sunyi seperti hati yang kering). Bagi Mbah Tarno, sawah bukan sekadar ladang rezeki. Di situlah ia menanam doa, menabur harapan, dan memupuk cinta untuk anak semata wayangnya — Rangga. Anak...

LELAKI TUA DAN CATATAN PAGI

Catatan Pagi, 11.09.2025 Pagi itu hujan turun deras, membasahi jalanan kota kecil yang mulai ramai oleh langkah orang-orang yang bergegas. Di tepi sebuah serambi toko, pandanganku tertumbuk pada sosok seorang lelaki tua. Tubuhnya ringkih, rambutnya memutih, pakaiannya sederhana namun tetap rapi. Ia duduk berteduh di bawah serambi toko yang sepi, seakan mencari teduh bukan hanya dari hujan, tapi juga dari hiruk pikuk dunia. Aku menghampirinya. Tatapannya teduh, ada kehangatan yang sulit dijelaskan. Dengan lirih aku menyapa, “Assalamualaikum, Pak...” Ia menoleh, lalu tersenyum. Senyum itu bukan sekadar senyum—ada ketenangan, ada ketulusan, ada jejak panjang kehidupan yang terukir di setiap kerut wajahnya. Aku memberanikan diri membuka obrolan, menggali kisah darinya. Ia pun menatapku dengan mata berbinar. Ada bahagia yang sederhana, karena masih ada yang sudi singgah untuk bercengkerama dengannya. Maka, kisah pagipun mengalir... Ia bercerita tentang perjuangan hidupnya: jatuh, bangu...

Jiwa Sejati Jiwa yang Mengabdi

  Jiwa Sejati Jiwa yang Mengabdi Delapan puluh tahun sudah Indonesia merdeka. Sebuah angka yang tidak singkat bagi perjalanan bangsa, meski belum bisa disebut panjang jika dibandingkan dengan peradaban dunia. Setiap bulan Agustus, kita diajak kembali menoleh ke belakang, mengingat perjuangan, pengorbanan, dan jiwa mengabdi para pendiri bangsa. Mereka yang dengan segala keterbatasan rela menyerahkan jiwa dan raga demi satu kata sakral: merdeka . Namun, di usia 80 tahun kemerdekaan ini, pertanyaan yang mengusik pun muncul: masih relevankah berbicara tentang jiwa mengabdi di zaman sekarang? Bukankah di era modern ini lebih mudah, bahkan lebih “menarik,” bila setiap orang hanya sibuk berbicara tentang dirinya sendiri—tentang pencapaian pribadi, kenyamanan hidup, dan kebahagiaan individual? Refleksi Jiwa Mengabdi di Era Kini Kita hidup di masa ketika standar kesuksesan sering diukur dari materi, jabatan, dan popularitas. Kata mengabdi kadang terdengar usang, seolah hanya milik masa la...

APA ARTINYA WAKTU…

  Igun Winarno Waktu terus berjalan, mengalir tanpa pernah menoleh ke belakang. Ia melaju menuju satu titik akhir yang tak seorang pun tahu kapan akan tiba. Dan ketika waktu itu habis, tahukah kita apa yang menanti? Sebuah pertanggungjawaban… Sebuah momen di mana setiap detik yang pernah kita habiskan akan dimintai arti dan nilainya. Berat?........! Mungkin!!!.... Tapi bisa juga menjadi ringan, tergantung bagaimana kita mengisi kehidupan dalam rentang waktu yang telah Tuhan titipkan. Hari ini, di usia yang bertambah atau sejatinya waktu yang semakin berkurang, aku menunduk dalam syukur. “ Ya Allah… terima kasih karena hingga detik ini Engkau masih meneguhkan iman dan Islam dalam dadaku. Itu adalah karunia terbesar dalam hidupku ”. Pagi ini membawa kenangan yang dalam. Di waktu yang sama bertahun-tahun lalu, seorang perempuan sederhana dari desa, mamake tercinta, berjuang antara hidup dan mati melahirkanku. Ia tidak hanya melahirkanku ke dunia, tetapi juga mendewasakanku...

"LEBARAN DI RUANG PERAWATAN"

  "LEBARAN DI RUANG PERAWATAN" Pagi itu, sinar matahari merayap masuk melalui celah jendela bangsal rumah sakit, menciptakan guratan-guratan cahaya di dinding yang dingin dan bisu. Udara pagi terasa sejuk, namun di dalam hati seorang pria tua, kehangatan itu tak pernah singgah. Di Ruang Rajawali, ranjang nomor 12, Pak Rahmat terbaring dalam sunyi. Usianya telah mencapai 75 tahun, tubuhnya melemah, tapi bukan itu yang membuatnya semakin rapuh. Matanya menerawang ke langit-langit, menatap tanpa tujuan, seolah mencari sesuatu yang tak kunjung ia temukan. Semalam, suara takbir berkumandang dari masjid-masjid di sekitar rumah sakit. Gema itu melayang di udara, menembus jendela bangsal, lalu menusuk hatinya yang sudah lama dirundung sepi. Ia mendengarkan dengan mata terpejam, tapi bukan ketenangan yang ia rasakan—melainkan perih yang menggigit hingga ke relung jiwa. "Ya Allah, Engkau yang Maha Besar dan Maha Kuasa... Mengapa Engkau masih menetapkan aku di dunia ini? Ap...

NOVEL ONLINE "RAMADAN YANG DIRINDUKAN" BAB 6-USIA SENJA DAN KETEGUHAN IMAN DI RAMADHAN

  USIA SENJA DAN KETEGUHAN IMAN DI RAMADHAN By. Igun Winarno   Ramadhan selalu membawa keberkahan bagi mereka yang menjalaninya dengan penuh keikhlasan. Di setiap sahur yang sunyi dan setiap azan Maghrib yang menggema, ada hati-hati yang berserah, menjalani ibadah dengan ketulusan. Bagi sebagian orang, Ramadhan adalah bulan untuk memperbanyak istirahat, mengurangi aktivitas, dan menghemat tenaga. Namun, bagi Bapak Ahmad, lelaki berusia 88 tahun, Ramadhan adalah kesempatan untuk semakin mendekat kepada Allah, tanpa mengurangi semangatnya dalam bekerja dan beribadah. Di usianya yang senja, tubuhnya mungkin tak sekuat dulu, tetapi jiwanya tetap teguh. Ia masih bangun lebih awal sebelum Subuh, menyiapkan sahur dengan sederhana, lalu berjalan perlahan ke masjid untuk sholat berjamaah. Setelah itu, ia tetap turun ke sawah, merawat padi dengan penuh cinta, tanpa sedikit pun keluhan. Baginya, berpuasa bukan alasan untuk berhenti berusaha, justru sebaliknya, Ramadhan adalah bul...

NOVEL ONLINE RAMADAN YANG DIRINDUKAN BAB 5 "ANTARA JAGA MALAM DAN SHOLAT TARAWIH"

  BAB 5 ANTARA JAGA MALAM DAN SHOLAT TARAWIH -Igun Winarno-   Suasana di ruang ICU malam itu terasa sunyi. Hanya suara monitor pasien dan alat bantu pernapasan yang terdengar samar di antara redupnya cahaya lampu. Udara terasa sedikit dingin, bercampur aroma antiseptik yang khas di setiap sudut ruangan. Di salah satu sisi, Agus, seorang perawat, sedang mengecek kondisi pasien yang terbaring lemah di ranjangnya. Matanya sesekali melirik monitor yang menunjukkan angka stabil, meski napas pasien masih berat dan penuh perjuangan. Di sudut ruangan, perawat Leni duduk di depan komputer, mencatat perkembangan pasien yang baru saja ia periksa. Sementara itu, Karman, petugas kebersihan, mengepel lantai dengan tenang, memastikan setiap sudut tetap bersih dan steril. Agus menghela napas panjang. Malam terasa begitu lambat bergerak, seolah waktu enggan beranjak dari titiknya. "Malam ini terasa panjang ya, Len. Sudah Ramadan, tapi tetap harus jaga malam," katanya sambil melirik ja...