Refleksi Akhir Tahun

REFLEKSI AKHIR TAHUN

Siapakah aku ini dalam perjalanan hidupku ? Apasih yang sudah aku raih ? yang kulakukan ? yang enak ? yang tidak ? Pengkhianatan ? apakah aku sudah memberikan manfaat ? Sudah bahagiakah aku ? inilah sebuah inti  realita misteri kehidupan yang mesti kita jawab. Hidup ini mesti kita bayangkan, tetapi apakah mesti kita akan selalu takut dengan bayangan yang selalu mengikuti kita ? sebuah reflkesi kehidupan yang mesti kita terjemahkan. Kita tahu dunia ini rasanya gado-gado, penuh kenikmatan, banyak pilihan, penuh rupa, warna-warni, tipu daya dan penjual sari rasa kehidupan berkeliaran yang  tidak kita rasakan...malah kadang kalau kita tidak mempunyai keteguhan hati, kita merupakan bagian didalamnya. Susah dan senang hidup ini semestinya kita yang merasakan dan seberapa kuat kita bisa menikmati.

Mari kita urai benang kusut misteri kehidupan. Saat kita berjalan di pematang sawah....adakah sebuah ujung yang membuat kita patah hati ? Mungkin ya mungkin tidak jawabnya, tetapi tidak bagi seorang petani, pematang adalah sebuah jalan harapan yang berbelok kekiri atau kekanan, buntu ? tidak jawabnya karena terjun ketengah sawah akan jauh mengasyikan, berteman lumpur, bersinergi dengan matahari dan bersahabat dengan padi. Jadi sebenarnya kehidupan terasa menyenangkan, membahagiakan, membosankan atau mencekik kerongkongan tergantung dari diri kita yang menjalani dan menikmati.

Wahai kawan....ini malam akhir tahun di 2013, mungkin banyak orang berhambur didunia luar dengan gemerlap kembang api, terikan tanpa tujuan, knalpot motor menderung, gelegar petasan atau pun pentas musik kawula muda-mudi, mengasyikan bagi mereka yang ada disana ? mungkin iya bagi anak muda.....tanyakan kepada orang tua yang menunggu dirumah mungkin peningkatan katekolamin membuat susah tidur sebelum mendengar anaknya pulang....kuatir, pasti! jadi jangan samakan waktu dan kondisi untuk menilai kehidupan tetapi seberapa kita bisa menikmati...kini, demkian juga dengan berteman keyboard laptop dan La Tahzan nya ‘Aidh al Qarni serta sebuah novel “Dunia Sophie”nya Jostein Gaarder aku mencoba merefleksikan malam tahun baru dengan caraku sendiri....nikmat, jelas aku merasakan kenikmatan, jadi nikmat tidaknya sebuah kehidupan tergantung seberapa kuat kita merefleksikan untuk menikmatinya.

Mari kita mencoba untuk mereflkesikan di akhir tahun 2013 ini, setahun yang lalu ?....tidak, tetapi selama hidup ini telah kita jalankan, ada sebuah posting dalam grup WA, yang pada intinya bahwa kehidupan ini yang benar-benar bisa kita nikmati dan memberikan manfaat hanya sekitar 30 %, sisanya kemubaziran....sudah terlambat untuk berbuat lebih ? tergantung apakah kita bisa memanfaatkan bayangan diri kita sebagai baterai yang bisa membuat lari kencang tetapi bukan hantu yang membuat kita lari tanpa arti.

Mari kita gali untuk meningkatkan prosentase 30 %, Allah menciptakan dunia ini pada bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua pendapat yang saling berseberangan dan bertemunya hal baik dan buruk dalam satu waktu. Haruskah kita cemas, jelas kita tidak perlu mencemaskannya tetapi bagaimana itu semua dapat bersenyawa dengan diri kita untuk dapat menjalani dan mensyukuri kenikmatan Tuhan.

Artinya apa, mari kita lupakan kepalsuan hidup dan hadapi ini dengan kenyataan yang ada, jangan larut kepada khayalan dan imajinasi tak berbatas. Hadapi hidup dengan apa adanya, kendalikan jiwa ini untuk menerima dan menikmatinya, karena kitapun dalam keseharian tidak akan yakin semua teman adalah tulus kepada kita, demikain juga dalam sebuah keluarga. Seyognyalah kita ini merapatkan jiwa, menyatukan langkah untuk menjadi pemaaf dan berdamai dengan hati untuk membina kedamaian sejati, kedamaian surgawi.

Akhirnya ingin aku renungkan bahwa syarat sebuah kematian tidaklah harus tua, tidaklah harus sakit, kapanpun waktu tidak ada yang tahu. Menjalani sebuah kebajikan dengan berkata baik, berbuat baik, menjadikan dunia ini terus berdenyut dalam kebaikan seumpama jantung  yang terus berdenyut mempompakan kehidupan tanpa putus, mensyukuri kehidupan dengan realita apa adanya tanpa kepalsuan adalah  cara untuk meningkatkan kualitas kehidupan dari sekedar 30% inilah sebuah realita temaram cahaya yang akan menerangi kita di surga.

Akupun mengucapkan selamat untuk selalu berbuat baik....mensyukuri nikmat dengan berbuat apa adanya adalah refleksi di akhir tahun. (by GN “Goens”)



Komentar