SUARA HATI DI MALAM SEPI
(7/3/18-00.00)
Duduk ku di
beranda teras
Ditemani
laptop dan secangkir kopi pahit
Mengapa
malam menuju pagi ini terasa sepi
Semilir
angin dan suara burung malam
Menambah
kesunyian dan keheningan hati
Kucoba
bercengkerama dengan dengan heningnya malam
Kucoba tuk
memadu kasih dengan sunyi
Kucoba tuk
menyusup menembus hati
Mengenal
lebih jauh Sang Illahi
Ada yang bilang kehidupan ini hartaku
Ada yang bilang kehidupan ini statusku
Ada yang bilang kehidupan ini wajahku
Ada yang bilang kehidupan ini kedudukanku
Ada yang bilang kehidupan ini anak istriku
Kiranya hatiku mau bilang apa ?
Duh Gusti
Kebahagiaan
seperti apa yang aku cari
Kebahagiaan
yang karena hartaku ?
Kebahagiaan
yang karena kedudukanku ?
Kebahagiaan
yang karena wajahku ?
Kebahagiaan
yang karena anak istriku ?
Oh Gusti,
mengapa aku lihat dia menangis
Perih dan
kesepian
Ditinggal
kawan menyongsong sunyi
Kala semua
itu telah pergi
Duh Gusti
Dalam sepi ini aku bercengkerama dengan Mu
Bukan seperti itu yang ku mau
Bukankah semua itu Engkau yang mau
Bukankah semua itu yang telah Engkau rencanakan
Duh Gusti
Kesunyian
malam dan hembusan semilir angin ini
Bukankah
kehendakmu untuk temani aku
Engkaulah
penentu keindahan
Engkaulah
penentu kedamaian
Engkaulah
sumber keadilan
Dan aku
semakin paham
Engkaulah
segala apa yang ada di bumi ini
Cengkerama malamku semakin syahdu
Mengapa aku masih ingkar kalau kutahu
Mengapa aku masih ragu kalau ku mau
Mengapa aku jauh kalau Engkau dekat
Engkaulah inspirasiku
Engkaulah kebahagiaanku
Engkaulah sahabatku, tempat ku mengadu
Engkaulah rumahku, tempatku kembali
Engkaulah tujuanku, tempatku mengabdi
Menabung hari menyusun elegi cinta
Kekal dalam janji, iman dalam mengabdi.
By goens “GN”
Komentar