"Strategi Kepemimpinan Kepala Ruang Rumah Sakit: Bekerja Ikhlas, Terencana, dan Berbasis Evaluasi untuk Masa Depan Lebih Baik" (BEFORE AFTER)
RSUD Ajibarang |
dr. Igun Winarno, Sp.An-TI.,FISQua
Kondisi ini dapat menyebabkan ketidakpuasan pasien dan bahkan
berisiko pada keselamatan mereka. Namun, setelah strategi yang dirancang secara
terencana dan berbasis evaluasi dan analisis diterapkan, diharapka
terjadi perubahan positif
mulai dan mudah terlihat, misalnya alur kerja menjadi lebih efisien,
waktu tunggu pasien berkurang, koordinasi tim meningkat, dan keputusan berbasis
data menghasilkan pelayanan yang lebih aman dan berkualitas. Pendekatan ini
menunjukkan pentingnya kepemimpinan yang terstruktur untuk menciptakan dampak
nyata dan berkelanjutan di ruang pelayanan rumah sakit.
Bagaimana kita untuk
menerapkanya, inilah bebrapa hal yang bisa menjadi patokan untuk bisa bekerja
elbih efektif;
A. Prinsip Kerja
Kepemimpinan kepala ruang
rumah sakit atau unit lainnya harus didasari prinsip kerja yang kuat untuk menciptakan
pelayanan terbaik. Bekerja dengan ikhlas membantu membangun budaya positif di
antara staf, sementara bekerja terencana memastikan visi dan misi tercapai
dengan melibatkan seluruh tim.
Prinsip ini menjadi fondasi dalam
menghadirkan perubahan yang berdampak bagi pasien dan lingkungan kerja.
- Bekerja dengan Ikhlas:
- Jadikan setiap tugas sebagai ibadah dengan tujuan utama memberikan pelayanan terbaik bagi pasien.
- Bangun budaya saling mendukung di antara staf untuk menciptakan lingkungan kerja positif.
- Bekerja Terencana:
- Tetapkan visi dan misi ruang rawat untuk tahun depan.
- Libatkan
tim dalam menyusun rencana agar semua merasa memiliki tanggung jawab ber
B. Analisis dan Evaluasi Tahun Sebelumnya
Audit data
tahunan adalah langkah awal untuk menilai kinerja berdasarkan data klinis dan
non-klinis, seperti kejadian sentinel dan kepuasan pasien. Selanjutnya,
identifikasi masalah utama menjadi prioritas, terutama pada kejadian fatal atau
prosedur yang kurang efektif. Evaluasi kinerja staf dan hubungan kerja,
termasuk interaksi dan komunikasi efektif, menjadi kunci untuk meningkatkan
kualitas pelayanan.
- Audit Data Tahunan:
- Analisis data klinis dan non-klinis (kejadian sentinel, infeksi, turnover staf, kepuasan pasien).
- Evaluasi Capaian:
- Apa saja target yang telah tercapai?
- Bagaimana tingkat kepuasan pasien dan staf?
- Catat keberhasilan untuk dijadikan standar.
- Analisis Data:
- Gunakan data statistik untuk menilai kinerja (jumlah pasien, waktu tunggu, kejadian tidak diinginkan).
- Bandingkan dengan target yang telah ditetapkan.
- Fokus pada kejadian fatal atau near-miss sebagai prioritas utama untuk diperbaiki.
- Adakah kejadian fatal yang perlu dihindari?
- Apakah ada prosedur yang masih kurang efektif?
- Kaji umpan balik pasien dan staf.
- Apa komplain terbesar dari pasien ?
- Review individu dan tim untuk mengidentifikasi kekuatan dan area yang membutuhkan pengembangan.
- Bagian bagaimana staf berinterakasi
- Interaksi sesama antar PPA
- Interaksi dengan semua, khuhusnya pasien
- Komunikasi efektif
- 3S (Senyum-Salam-Salaman)
"Data adalah pijakan awal untuk setiap langkah besar. Bekerjalah berbasis data, karena angka tidak pernah berbohong." - Penulis
C. Penyusunan Program Kerja Tahun Depan
Penyusunan
program kerja tahun depan sangat penting untuk meningkatkan kualitas pelayanan.
Kerangka SMART membantu menetapkan tujuan yang terukur, realistis, dan berbatas
waktu. Selain itu, revisi alur kerja berdasarkan evaluasi sebelumnya memastikan
efisiensi dan keamanan layanan rumah sakit.
- Penerapan SMART Goals:
- Target harus;
- Specific,
- Measurable,
- Achievable,
- Relevant,
- Time-bound.
Catatan !!
SMART Goal
adalah kerangka kerja untuk menetapkan tujuan yang terstruktur dan efektif.
Berikut adalah penjelasan masing-masing elemen SMART dalam bahasa Indonesia:
a.
Specific
(Spesifik)
·
Tujuan harus jelas dan terfokus
sehingga mudah dipahami. Hindari tujuan yang terlalu umum atau samar.
·
Contoh: Alih-alih mengatakan
"meningkatkan pelayanan," ubahlah menjadi "meningkatkan waktu
respons pelayanan pasien IGD menjadi kurang dari 10 menit."
b.
Measurable
(Terukur)
·
Tujuan harus memiliki indikator yang
dapat diukur untuk mengetahui tingkat pencapaian.
·
Contoh: Mengukur keberhasilan dengan
angka, seperti "meningkatkan kepuasan pasien dari 80% menjadi 90% dalam
satu tahun."
c.
Achievable
(Dapat Dicapai)
·
Tujuan harus realistis dan sesuai
dengan sumber daya atau kemampuan yang dimiliki. Hindari menetapkan target yang
terlalu tinggi atau tidak mungkin dicapai.
·
Contoh: Jika staf dan anggaran
terbatas, tetapkan target peningkatan kecil namun konsisten.
d.
Relevant
(Relevan)
·
Tujuan harus selaras dengan visi,
misi, dan prioritas organisasi. Pastikan tujuan memiliki dampak signifikan
terhadap kebutuhan saat ini.
·
Contoh: Fokus pada perbaikan yang
relevan dengan tantangan utama rumah sakit, seperti pengurangan angka infeksi
nosokomial.
e.
Time-bound
(Berbatas Waktu)
·
Tujuan harus memiliki batas waktu
yang jelas untuk memberikan arah dan urgensi.
·
Contoh: "Mengurangi angka
kejadian kesalahan pemberian obat sebesar 50% dalam waktu 6 bulan."
- Rancang pelatihan rutin,
- Mentoring, dan
- Sharing knowledge.
"Evaluasi tanpa perbaikan adalah sia-sia,
perbaikan tanpa koordinasi adalah kesalahan. Satukan keduanya untuk mencapai
keberhasilan yang nyata." -
Penulis
- Revisi alur kerja berdasarkan evaluasi tahun sebelumnya untuk efisiensi dan keamanan.
Contoh:
Masalah yang Ditemukan:
· Didapaat
dari hasil identifikasi dari
evaluasi tahun sebelumnya, misalnya ditemukan bahwa waktu tunggu pasien
di ruang pendaftaran hingga ke ruang pemeriksaan terlalu lama, menyebabkan
antrian panjang dan ketidakpuasan pasien.
· Langkah Optimalisasi:
a. Mapping Alur Kerja:
- Mengidentifikasi setiap langkah dalam
proses pendaftaran dan alur pasien ke ruang pemeriksaan.
- Menemukan hambatan, seperti pengisian
data manual yang memakan waktu.
b. Revisi Alur Kerja:
-
Digitalisasi Pendaftaran:
Mengganti pengisian data manual
dengan sistem pendaftaran elektronik untuk mempercepat proses.
-
Penambahan Staf di Jam Sibuk:
Menempatkan staf tambahan di
pendaftaran dan triase pada jam-jam sibuk.
-
Pembagian Zonasi Pasien:
Membagi pasien berdasarkan jenis layanan,
seperti rawat jalan, rawat inap, dan kegawatdaruratan, untuk mengurangi beban
di satu titik layanan.
c. Pelatihan Staf:
- Melatih staf untuk memahami alur
kerja baru, termasuk penggunaan sistem elektronik dan komunikasi yang lebih
efektif.
d. Monitoring dan Evaluasi:
- Memantau implementasi alur kerja baru
selama 3 bulan pertama.
- Menggunakan survei kepuasan pasien
dan data waktu tunggu untuk mengevaluasi keberhasilan.
e.
Program Preventif:
Buat program pencegahan berdasarkan kejadian fatal sebelumnya, seperti
pelatihan kegawatdaruratan, cek checklist prosedur.
f.
Hasil yang Diharapkan:
·
Waktu
tunggu pasien berkurang hingga 30%.
·
Pasien
merasa lebih nyaman dengan proses yang cepat dan terorganisir.
· Staf bekerja lebih efisien dengan beban yang terdistribusi secara merata.
D. Pengembangan Budaya Kerja yang Ikhlas dan Terenc
Pengembangan
budaya kerja yang ikhlas dan terencana menjadi kunci menciptakan lingkungan
kerja yang harmonis dan produktif. Kesadaran spiritual dapat ditingkatkan
melalui sesi refleksi rutin, sementara apresiasi terhadap prestasi staf
membantu menjaga motivasi. Selain itu, kolaborasi antarunit perlu diperkuat
untuk meningkatkan sinergi dan efisiensi kerja.
- Peningkatan Kesadaran Spiritual: Fasilitasi sesi refleksi atau mindfulness secara berkala untuk membangun keikhlasan dalam bekerja.
- Penghargaan untuk Prestasi: Apresiasi staf yang berkontribusi positif untuk menjaga motivasi kerja.
- Kolaborasi Antarunit: Tingkatkan sinergi dengan unit lain untuk mempermudah koordinasi.
E. Monitoring dan Evaluasi Berkala
Monitoring
dan evaluasi berkala adalah kunci untuk memastikan pencapaian target yang
terarah. Dengan melakukan review triwulan, pengumpulan masukan dari staf dan
pasien, serta laporan tertulis yang akuntabel, program dapat berjalan sesuai
rencana. Pendekatan ini membantu kepala ruang rumah sakit menjaga kualitas
layanan dan melakukan perbaikan yang berkelanjutan.
- Review Triwulan: Lakukan monitoring rutin pencapaian target, adakan rapat bulanan dengan agenda khusus evaluasi program.
- Pengumpulan Masukan: Libatkan staf dan pasien dalam memberikan masukan terkait layanan.
- Laporan Berkala: Buat laporan tertulis tentang kemajuan program untuk memastikan akuntabilitas.
F. Fokus pada Keamanan Pasien (Patient
Safety)
Keamanan pasien adalah prioritas utama dalam pelayanan rumah
sakit. Dengan menerapkan kebijakan Zero Harm, rumah sakit berupaya mengurangi
kejadian fatal hingga nol melalui budaya keselamatan yang kuat. Sistem
pelaporan insiden yang lebih mudah diakses juga menjadi kunci untuk mencegah
risiko yang sama di masa depan.
Zero Harm Policy: Targetkan pengurangan kejadian fatal hingga nol dengan memperkuat budaya keselamatan pasien.
Peningkatan Sistem Pelaporan: Mudahkan pelaporan insiden untuk pencegahan yang lebih baik.
G. Penguatan Infrastruktur dan Teknologi
Penguatan
infrastruktur dan teknologi di rumah sakit sangat penting untuk meningkatkan
efisiensi dan kenyamanan. Digitalisasi proses memungkinkan dokumentasi dan
pelaporan kejadian yang lebih cepat dan akurat. Selain itu, perbaikan sarana
dan prasarana dengan anggaran yang tepat dapat mendukung kenyamanan pasien dan meningkatkan
kinerja staf.
- Digitalisasi Proses: Manfaatkan teknologi untuk dokumentasi dan pelaporan kejadian.
- Perbaikan Sarana dan Prasarana: Usulkan anggaran untuk fasilitas yang menunjang kenyamanan pasien dan efisiensi staf.
H. Kampanye Kesadaran Internal
Kampanye kesadaran internal menjadi
kunci untuk menyatukan seluruh staf dalam mencapai tujuan bersama. Dengan menetapkan
tema tahunan yang memotivasi, seperti "Bekerja
dengan Hati, Selamatkan Hidup," kita membangun semangat dan komitmen
bersama. Selain itu, komunikasi yang efektif memastikan setiap staf memahami
visi, misi, dan target yang akan dicapai, menciptakan
- Tema Tahunan: Tetapkan tema motivasi untuk menyatukan fokus seluruh staf, seperti "Bekerja dengan Hati, Selamatkan Hidup."
- Komunikasi Efektif: Pastikan semua staf memahami visi, misi, dan target yang ingin dicapai bersama.
I. Manajemen Risiko dan Kejadian Fatal
Manajemen
risiko dan kejadian fatal merupakan aspek penting dalam menjaga keselamatan
pasien di rumah sakit. Melalui analisis akar masalah RCA (Root
Cause Analysis), kita dapat mencegah terulangnya kejadian fatal dengan
memahami penyebab utamanya. Selain itu, simulasi kegawatdaruratan yang rutin
dapat meningkatkan kesiapan tim dalam menghadapi situasi kritis dengan lebih
efektif.
- Root Cause Analysis: Lakukan analisis akar masalah dari kejadian fatal untuk mencegah terulang kembali.
- Simulasi Kegawatdaruratan: Rutin lakukan simulasi situasi kritis untuk meningkatkan kesiapan tim.
- Terapkan apresiasi terhadap kinerja tim.
- Adakan sesi refleksi dan pengembangan untuk meningkatkan semangat kerja.
“SIAP MELAYANI DENGAN CERIA”
"Ketika kita memahami tugas dan fungsi dengan baik, lalu bekerja keras dengan tekad, InsyaAllah kesuksesan akan menjadi hasil yang pasti." – Penulis
By goens’GN”
Komentar