TRIP SUMBA “INDONESIA MASIH BANYAK YANG INDAH”


Family time, ini kata orang untuk menunjukkan kebersamaan didalam mengarungi kehidupan keluarga, waktunya lumayan cocok untuk kebersamaan, kebetulan dua anakku sedang libur sekolah dan kuliah, sedangkan aku dan istriku mengambil cuti yang tersisa di tahun ini.
Sumba sang hidden paradise menjadikan pilihan untuk menikmati kebersamaan kami, disamping untuk mengenang enam tahun lalu, aku pernah dinas sebagai anestesiolog di Rumah Sakit Umbu Rara Meha Waingapu Sumba Timur.
Kami persiapkan perjalanan ini sebulan sebelumnya dengan mengambil trip Sumba 4D3N melalui “Ajak Jalan Tour”, paket ini lumayan murah karena kami berdelapan bersama keluarga adik kami, seorang terkena beaya paket 2.550.000 untuk jelajah diwilayah Sumba, sudah termasuk hotel, kendaraan dan makan selama disana.
Kempoeng Adat Manola Sumba
Perjalanan kami mulai pagi hari sehari setelah anak lelakiku ulang tahun, yaitu tanggal 24 pagi, kami susuri jalan Deandels jalur selatan untuk sampai ke kota Yogyakarta, lumayan padat jalan di hari itu dan kami sampai di Yogyakarta sekitar jam 16.30 untuk check in di Hotel Platinum Yogyakarta, setelah melepas penat, kami menikmati pemandangan malam Yogya sekalian makan malam di Pelataran Candi Boko dengan view nya yang keren, tampak gemerlap lampu dan Candi Prambanan di malam hari.
Bukit lendongara Sumba
Pagi hari perjalanan kami lanjutkan menuju Tambolaka Sumba dengan penerbangan Garuda Airlines, dengan transit di Bandara Ngurah Rai Bali, disinilah kami bertemu dengan keluarga Roni dari Jakarta. Tiba di Bandara Tambolaka Sumba Barat Daya sekitar jam 14.00 WITA, di jemput oleh guide sekalian driver kami Bang Pieter. Kami sebenarnya meminta kendaraan yang bisa menampung kami berdelapan, tetapi semua penuh dan kami di tawari dengan Kijang Inova dan terbagi menjadi dua mobil, melihat perjalanan setelahnya sebenarnya kami bersyukur menggunakan Inova. Setelah check in di Hotel Sinar Tambolaka kami ditawari breakfast / Sarapan oleh Bang Pieter di hotel, maaf jangan salah di Sumba semua waktu makan dikatakan breakfast / sarapan pagi, sarapan siang atau sarapan malam.
Kampoeng Adat Ratenggaro Sumba
Setelah kami selesai makan siang yang menurut aku sih makanannya enak, sebenarnya kami sudah mempersiapkan abon seandainya sulit menemukan makanan halal, tetapi disini ternyata mudah untuk menemukannya, kami mulai perjalanan menuju Kampoeng Adat Manola, perjalanan ini kami tempuh sekitar 1,5 jam dari hotel. Kampung Adat Manola merupakan sekumpulan rumah adat (Uma Kalada) dan kuburan batu tua. Kami kembali ke hotel menjelang waktu maghrib dan hanya satu lokasi yang bisa kami jelajahi di hari ini.

Pantai Mbawana dari Tanjung Mareha
Pada hari kedua, rencana perjalanan kami diskusikan dengan Bang Pieter dikarenakan kami kesorean landing dihari pertama sehingga ada beberapa destinasi yang terlewatkan, kami mulai menjelajahi sebuah pantai yang indah dan menawan yaitu Pantai Mbawana Kodi Sumba Barat Daya, pantai ini lumayan eksotik, tetapi kami tidak turun dikarenakan begitu curam dan hanya menikmati melalui Tanjung Mareha. Setelah puas menikmati keindahan pantai Mbawana, perjalanan dilanjutkan menuju ke Kampoeng Adat Ratenggaro bersama Pantai Ratenggaronya yang indah. Kampung ini pada hakekatnya sama dengan perkampungan lainnya. Oh ya kami merasakan hal yang lumayan trenyuh disini, kami dimintai pulpen dan buku sama sekumpulan anak-anak disini, tetapi kami tidak membawanya, nah para traveler kalau kesini bawa yah ! heheheh, kami hanya mempersiapkan sekardus mie instan yang kami bagikan kepada mereka.  
Lagoon Weekuri Sumba
Perjalanan hari ini banyak destinasi indah  yang kami nikmati, kami lanjutkan menuju Pantai Mandorak dan Pero, pantai ini disampaing sisi dengan pasir putihnya juga terdapat pemandangan waterblow seperti di Nusa Dua Bali, disini kami menemukan Masjid yang lumayan besar dan kami Sholat Jamak Dhuhur dan Ashar, setelah itu kami menuju sebuah danau di pinggir pantai yang indah dengan airnya yang hijau. Danau ini disebut dengan Lagoon Weekuri.
Sebelum berakhir perjalanan hari ini untuk menuju hotel, kami diajak untuk menikmati suasana sore di Bukit Rumput yang indah yaitu di Bukit Lendongara di Karuni, Laora Sumba Barat Daya, semilir angin dan suasananya cukup enak untuk dinikmati.
Bukit Warinding Sumba Timur
Hari ketiga kami menuju ke Sumba Timur kota Waingapu, kota kenangan 6 tahun yang lalu aku berdinas sebagai dokter anestesi di RSUD Umbu Rara Meha dalam program sister hospital. Perjalanan dari Sumba Barat Daya menuju Sumba Timur ini cukup melelahkan dan jauh, tetapi lelah ini terbayar dengan keindahan mata air Waikelo yang mengaliri persawahan Sumba, dari situ kami menuju air terjun La Popo yang memerlukan adrenalin dalam mencapai daerahnya, perjalanan masuk di balik perbukitan dengan sebagian jalan masih alami, beruntung Inova kami bisa menembusnya, air terjun inipun lumayan indah dengan sebaran air terjunnya dan perjalanan menyusuri sungainya. Lelah dan basah kuyup baju ini akibat keringat yang mengucur dalam menyusuri air terjun, hilang dalam perjalanan menuju Waingapu yang jauh sekitar 4 jam perjalanan. Perjalanan yang jauh ini diiringi dengan pemandangan yang indah, menyusuri keseraman hutan lindung yang lebat dengan jalan yang berliku, akhirnya kami sampai sekitar jam 15.00 WITA di Bukit Warinding, sebuah bukit yang bertumpuk dengan hiasan hamparan padang rumput, dari sini kami masih melanjutkan perjalanan menuju Pantai Puru Kambera, sebelum sampai kami sempatkan untuk berfoto di iconik kota Waingapu yaitu Patung Kuda.
Patung Kuda Waingapu Sumba
Ini nih ! kenangan yang mengasyikan 6 tahun lalu, apalagi kalu bukan makan seafood yang enak kenyal dan tidak amis ikan lautnya, yaitu warung seafood Enjoy Aja, di Dermaga Lama Kota Waingapu. Malamnya kami menginap di Hotel Padadita Waingapu, hotel ini merupakan hotel baru dan lumayan bersih, kamar lebar dan resepsionis cukup ramah, tetapi sayangnya variasi makanan breakfastnya kurang.
Sebelum kami selesaikan Trip Sumba ini, kami sempatkan menuju Kampoeng Adat Prailu dan Kuburan Batu, kami juga susuri Bukit Persaudaraan yang indah dan eksotis. Satu Hal yang kurang di Trip Sumba ini adalah masih sedikitnya area kuliner dan toko oleh-oleh pernak-pernik Sumba.
Trip Sumba selesai dan kami menuju Bandara Umbu Mehang Kunda untuk kembali. Sebenarnya Sumba ini masih banyak trip yang belum kami nikmati misalnya pantai Walakiri yang indah, pantai Tarimbang, Pantai Londa Lima, Pantai Watu Parunu, Pantai Kawona, air terjun La Puti, Pulau Halura dan masih banyak lagi. Kita juga perlu tahu bahwa hotel terbaik 2017 di duniapun ada disini, yaitu hotel Nihiwatu Sumba.
Penerbangan kami menuju Bali menggunakan Wing Air dengan baling-baling ATR, penerbangan ini cukup membuat spot jantung dag-dig-dug tidak karuan, goncangan badainya cukup kuat, tetapi syukur Alhamdulillah kami selamat mendarat di Bandar Udara Ngurah Rai dengan selamat. Kesepakatan berempat kami tidak melanjutkan penerbangan ke Semarang tetapi kami menginap dulu semalam di Grand Kuta Hotel Bali, lumayan kami disini bisa menikmati indahnya malam hari di Beachwalk, keindahan pantai Padang Padang, Pantai Melasti dan Makan siang di Warung Ibu Oki. Setelah itu kami menuju bandara dan boarding NAM Air menuju kota Semarang. Kejadian penerbangan sebelumnya terulang kembali dengan pesawat jenis ATR baling-baling ini, tetapi ya Alhamdulillah bisa mendarat dengan sempurna di Bandara Ahmad Yani. Setelah menurunkan anak lanang di Semarang, perjalanan kami lanjutkan menuju rumah tercinta melalui jalur tol Semarang-Tegal yang cukup ditempuh dengan waktu 90 menit dan sampai kerumah cukup 4 jam. Alhamdulillah trip ini selesai dengan selamat sampai di rumah kembali.

By goens “GN”

Komentar