Part 1
UNTUK SIAPA
Inilah sepenggal surat dari seorang ayah untuk anakknya, surat ini bagaikan sebuah wasiat untuk kehidupan seorang anak
yang selalu disayanginya, surat ini tertulis di semester awal dia memasuki
dunia kampus fakultas kedokteran, surat pertama dan terakhir yang dia
terima, sebuah surat kenangan yang selalu tersimpan rapih di
relung hati dan kini terbingkai manis, pigura di dinding kamar
tidurnya, terpampang jelas pesan itu,
terpampang jelas wajah tegas penuh wibawa, sosok yang selalu dia rindukan, akan
nasehat, dan sosok yang tidak tergantikan. “Ayah,
masih teringat jelas peluh dan bau keringatmu, saat aku duduk dibelakang sepeda
ontelmu, saat engkau mengajakku ke pematang sawah.” Dia duduk di kursi
kamarnya, memandangi pigura manis itu. Dia adalah Wismo Herdi Wicaksono, orang banyak
memanggilnya dengan Herdi, menurut pitutur Ayah, nama itu mengandung
arti, Wismo (cumawis lan momot yaitu
serba tersedia dan memuat), sedangkan Herdi itu anak lelaki, Wicaksono
merupakan lambang kebijaksanaan, jadi menurut Ayah, arti nama itu adalah
seorang lelaki yang selalu bersedia setiap saat untuk membantu kebaikan dan mau
belajar alias muat, sebagai lambang kebijaksanaan, terang Herdi pada suatu
waktu di depan kelas sekolah. Herdi kecil,
kini sudah
besar dan telah berhasil meraih gelar dokter yang dia cita-citakan sejak kecil,
dengan segala perjuangannya semasa kuliah,
seperti tertulis di dalam surat ayah, kuliah Fakultas Kedokteran penuh dengan aturan tata krama,
senioritas dalam menjaga attitude, dan berbagai trik dan intrik
dalam dunia perkuliahan, cinta yang bersemi maupun layu sebelum berkembang,
politik kampus yang menyita waktu dan perhatian, masih banyak permasalahan yang
mungkin bisa menghancurkan jiwa kemanusiaan ataupun justru sebagai pupuk yang
mahal untuk bisa tumbuh dan berkembang menjadi jiwa yang matang. Perjuangan
kampus telah meniti tangga pertama dan kini orang-orang mamanggil dia dengan dokter Herdi. Pagi
itu setelah sholat subuh dia tertegun timbul rasa kerinduan dan teringat ayah dan bundanya, dengan desahan tarikan nafas, dia
berusaha menembus batas dinding yang jauh, membayangkan wajah mereka, tanpa
terasa bulir-bulir air mata menetes pelan di pojok kedua mata, diapun segera
memanjatkan doa ke yang Esa “Tuhan Yang
Agung penuh kasih, hari ini aku membutuhkan kasih-Mu dan akupun mengadu hanya
pada-Mu, pagi ini kerinduanku, telah meluluhkan hatiku untuk Ayah, Kamu jangan iri
ya Tuhan-ku yang penuh bijak, penuh kasih, obatilah rinduku dengan Engkau
kabarkan ampuan dan kasih sayang-Mu untuk dia, karana Engkaulah pengampun
penghapus dosa, aamiin, terima kasih Tuhan yang selalu mengabulkan doa hamba
yang memohon”. Sesudah membaca doa yang diperuntukkan ayah, hati dia seolah
semakin tenang menatap pagi dan hari ini.
Sudah menjadi kebiasaan Herdi sejak lama
bahwa ia tidak akan memejamkan matanya setelah selesai mengerjakan sholat subuh
untuk menyambut mentari pagi, dia rutin dengan bacaan dzikirnya untuk mengangungkan Allah SWT dan merendahkan diri akan
hamba yang selalu menghamba pada-Nya, setelah dzikir dia rasakan cukup, dia
akan melanjutkan dengan membaca keindahan dan
keagungan firman-Nya di dalam Al Quran
secara rutin. Inilah bekal tak ternilai
warisan orang tuanya.
Ditemani segelas kopi panas di pagi
itu dia kembali mengingat apa yang telah dipesankan Ayahnya akan sebuah nasehat, “mengetahui tentang
segala sesuatu dan mengetahui sesuatu tentang segala” hal ini mengandung arti
bahwa selama kita hidup, kita harus berusaha mengetahui segala sesuatu, baik permasalahan yang berkaitan dengan
sosial, agama, maupun kehidupan keseharian, ibaratnya jangan kudet atau kurang
update, atau semasa menjadi mahasiswa jangan manjadi mahasiswa jam gandul,
yaitu hanya sekedar rumah/kost kekampus dan kembali kampus menuju rumah atau
kost, inilah ladang untuk berlatih agar kita menjadi manusia
yang paham akan segala sesuatu tetapi manakala kita sedang mendalami sesuatu hal, harus dituntaskan, dikenali secara menyeluruh segala sesuatunya, alias
jangan nanggung dan asal-asalan, tetapi tetap ingat apapun hasil
yang telah diusahakan, masih ada Allah yang telah menentukan dan telah tertulis
di dalam lembaran takdir, maka jangan sombong kalau berhasil dan jangan
bersedih kalau tidak berhasil karena semua itu telah tertulis, kita hanya
menjalankan perintah untuk berusaha keras menjemput takdir, bukan untuk pasrah
atas takdir yang telah tertulis, karena usaha kita menjemput takdir itu adalah
perintah agama dan Insya Allah kita akan mendapatkan pahalanya, inilah salah satu pesan
ayah yang selalu terngiang dalam hidupnya.
Pagi ini dia begitu tertegun membaca berita disebuah surat kabar nasional “Pelayanan tidak profesional rumah sakit di
Jakarta Pasien dirugikan”, ada lagi berita “Pasien komplain pelayanan di nomor duakan”, dan ada juga berita
online disebuah surat kabar “Rumah sakit
dituntut karena salah dalam memberikan transfusi”, masih ada lagi “Pasien meninggal dikarenakan perawat salah
memberikan obat.” Dokter Herdi masih menemukan beberapa berita, diantaranya mengenai dokter palsu yang telah melakukan praktek
kedokteran di sebuah rumah sakit selama 4 tahun, ada juga berita pasien
menuntut setelah keluarganya meninggal di ruangan tidak diketahui oleh dokter dan perawat jaga,
adanya masalah pasien terjebak di dalam lift karena liftnya macet, berita
mengenai bayi tertukar, ada juga mengenai pencurian bayi, pasien meninggal
terpeleset di kamar mandi, masih ada juga pasien komplain adanya benjolan di
payudara
sisi kiri tetapi yang dioperasi sis kanan.
“Hemm…ternyata banyak juga yah,
permasalahan kesehatan dan kedokteran di dalam rumah sakit”, dokter Herdi
tiba-tiba mengguman dengan dirinya sendiri. “Begitu
banyaknya permasalahan yang terjadi antara pasien dan pihak rumah sakit, apakah
ini menunjukkan ketidakprofesionalan rumah sakit dengan sdm pendukungnya
ataukah ada permasalahan lainya?, Inilah masalah yang memerlukan tindakan bijaksana dan pasti
untuk mengatasi permasalahan ini”. Dia jadi kembali mengingat pesan ayahnya, yang masih
tersimpan rapih di dinding kamarnya. Mungkin kalau seorang dokter menjalankan
seperti apa yang dipesankan oleh ayah, segala permasalan di rumah sakit tidak
akan terjadi.
Dokter Herdi tiba-tiba teringat pembicaraan
pendahulunya tentang akreditasi, dan sepersekian detik dia segera beranjak
menuju rak buku yang ada di dalam kamarnya, dan mengambil buku panduan
akreditasi dari KARS, dia mencoba membuka buku itu,
dia
berpikir apa mungkin maksud dan tujuan KARS melaksanakan akreditasi di setiap
rumah sakit ini untuk mencegah segala permaslahan yang timbul dalam pelayanan
rumah sakit, dia terus membaca dan di dalam buku itupun Menteri Kesehatan mengatakan
bahwa mutu
pelayanan rumah sakit merupakan dimensi yang sangat strategis untuk mencapai Universal Health Coverage (UHC) dan Sustainable Development Goals (SDGs)
yaitu kehidupan yang sehat dan sejahtera. Untuk
mencapai
ini sesuai amanah UU no 44 tahun 2009, sampai
menteri mengeluarkan permenkes no 34 tahun 2017, dan
menunjuk lembaga independen KARS untuk melakukan proses
pendampingan dan penilaian rumah sakit melalui akreditasi rumah sakit setiap tiga tahun. Didalam buku panduan akreditasi KARS ini juga disebutkan bahwa peningkatan mutu dan keselamatan pasien dalam setiap proses
pelayanan tidak boleh stagnan atau berhenti dilakukan oleh rumah sakit maupun pemberi pelayanan kesehatan lainnya, proses peningkatan mutu ini harus dilakukan secara berkesinambungan dan
berkelanjutan serta standar mutunya harus selalu disesuaikan dengan standar
mutu perkembangan global.
Dokter Herdi tanda disadari mengangguk-angguk membenarkan apa yang tertulis bahwa sistem akreditasi
KARS ini yang bisa mencegah segala macam permasalahan dan komplain dari para
pasien dan keluarganya. Akreditasi akan membuat seorang
pasien mengerti, dia menderita apa dan apa yang akan dilakukan terhadap
dirinya, dengan akreditasi pasien akan diawasi sehingga segala perburukan akan
termonitor dengan baik melalui sistem early
warning system, dengan akreditasi pasien akan dijamin tepat pasien, tepat
lokasi dan tepat prosedur dalam proses oprasi dan tindakan lainnya, dengan
akreditasi sistem kewaspadaan terhadap bencana terdeteksi dengan baik, dengan
akreditasi pasien akan mengerti siapa dokternya, siap perawatnya, dengan akreditasi
pasien bisa memilih siapa dokter yang akan merawatnya, dan dengan akreditasi
pasien sebisa mungkin terjaga imannya dengan adanya tim bimbingan rohani sesuai
dengan agama dan kepercayaannya.
Apakah akreditasi ini hanya diperuntukkan hanya untuk pasien ? ternyata
tidak, karena akreditasi akan memberikan kepastian hukum
bahwa
sarana kesehatan yang digunakan adalah sarana resmi bukan sarana ilegal, dokter
yang memberikan pelayanan sesuai ketentuan dengan STR, SIP, Universitas dan lembaga pendidikan terakui tersertifikasi, dan mempunyai ijin, rincian kewenangan yang bisa dilakukan, demikian juga pada
perawatnya dan tenaga profesional lainnya.
Penantian panjang ini semakin menundukan wajah Herdi lebih dalam, Diapun merenung “Bagaimana kubisa mengartikan sebuah
kehidupan, sedangkan dalam rentang waktu yang
sama telah kutemukan wajah-wajah beringas marah tanpa sebab, yang dia
juga belum
tahu pasti, wajah menunduk salah, menangis memohon ampunan, wajah menangis perih
merasakan nyeri hati dan nyeri sakit dengan memelas pertolongan dokter, wajah
pasrah hanya memohon Engkaulah satu-satunya pelindung dan penolong ku, maka
lindungilah aku, wajah pemenang dengan angkuh akan
kesombongannya
dan berkata inilah aku yang kau butuhkan dan ketergantunganmu padaku, dan wajah
asih yang berkenan menolong dengan menghamba, Engkaulah sebenarnya
pemberi pertolongan, ku memohon pada Mu mudahkanlah.
Herdi kembali mengela nafas, “Tuhan,
Engkaulah yang maha tahu dan mengerti akan apa yang telah Engkau ciptakan
berbagai karekter iman, jiwa dan hal yang melekat pada manusia, letakkanlah
diriku pada satandar yang memang mengharuskan bukan pada pada jalan yang justru
menjerumuskan aku dalam dosa, aku tahu dunia kesehatan adalah hutan subur untuk
menamkan pahala, samudra luas untuk berekspresi menuju jalan surga, jangan
Engkau buat aku tersesat di tengah belantara dan jangan kau buat aku tenggelam
di tengah samudra lautan” setelah merenungkan semua, diapun kembali berdoa, dan
bersiap siap untuk menuju rumah sakit menanamkan pahala ditengah orang yang
memohon belas kasih dan menyambut pahala ditengah samudra. (goens'GN)
Komentar