by Igun Winarno
Tidak tahu mengapa, setelah aku turun dari kendaraaan, aku terdiam sejenak, terus berjalan menuju area rumah sakit bersalaman dengan sekuriti, ini seperti biasa yang aku lakukan dan ngobrol barang dua tiga kalimat terus berlanjut memasuki kamar operasi sebagai tujuannku.
Aku terus berjalan menyusuri koridor
rumah sakit, berpapasan dengan beberapa teman. Akupun berusaha tersenyum atau
berjabat tangan dengan sedikit bercanda. Ini sudah menjadi rutinitas kebiasaanku.
Jalanku terus berlanjut dan
tiba-tiba terbayang apa yang disampaikan oleh temen sekuriti di depan, “Sehat-sehat
ya Dok”. Kalimat inilah yang membut jalanku menjadi lebih pelan, berpikir atau
melamun, akupun bingung menerjemahkannya.
Aku lamunkan bukan tentang sehat
itu penting dalam kehidupan, tetapi tentang berbuat baiklah dengan orang dan
jadikanlah kamu dikenang karena kebaikan yang telah kamu lakukan.
Aku yakin sekuriti ini mendoakanku
dengan tulus dan aku doakan semoga doamu menjadikan salah satu kebaikan yang
telah kau tebarkan, karena berkat doamu semoga aku sehat dan berkat doamu, aku
lanjutkan dengan menulis ini, semoga tulisan inipun bisa dibaca orang-orang
yang berkenan untuk terus memberikan manfaat dan semoga engkau pun mendapatkan
manfaat dari siklus kebaikan ini. Terima kasih kawan.
Dari Jalaludin Rumi seorang filsuf
Islam terkenal mengisahkan seorang Sufi dan seekor anjing yang kehausan
ditengah gurun pasir. Sufi ini kemudian menemukan sebuah sumur yang dalam,
untuk mengatasi rasa hausnya Sang Sufi turun menyusuri sumur ini dan meminum air
secukupnya. Sang Sufipun kemudian berjalan memanjat sumur untuk keluar dan
melanjutkan perjalanannya.
Ketika dia sampai di luar sumur,
dia bertemu seekor anjing yang sedang kehausan, Sang Sufi merasa iba dengan
anjing ini, dia kembali turun ke dalam sumur dan mengambil air dengan sepatu boots-nya untuk anjing yang kehausan.
Pada posisi ini Sang Filsuf
menjelaskan bahwa tindakan sederhana dengan memberikan air minum kepada anjing
yang kehausan menjadi contoh kebaikan dan cinta sejati.
Menurutnya, Tuhan memperhatikan
kebaikan dan ketulusan hati seseorang, bukan kepada siapa tujuan kebaikan itu
dilakukan. "Sesungguhnya segala amal
perbuatan tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai
dengan apa yang dia niatkan." (HR. Bukhari dan Muslim).
Akupun melanjutkan jalan di koridor
rumah sakit ini dengan pelan dan sedikit melamun sambil mendengarkan gemericik
air di tengah rumah sakit. “Kebaikan apa yang telah engkau lakukan Igun”, statemen ini yang muncul dalam benak
pikiranku. Akupun beristighfar dan memohon ampunan kepada Allah, belum bisa
memaanfaatkan dengan baik ladang kebaikan di rumah sakit yang begitu berlimpah
dan memanennya.
Apakah aku kufur nikmat, mungkin
iya, makanya aku terus beristigfar di hati sepanjang perjalananan ke kamar
operasi, diiringi senyuman atau berjabat tangan manakala bertemu teman sampai
ke kamar operasi.
Dari Jalaludin Rumi mengajarkan
bahwa kebaikan itu tidak mengenal batas. Memberikan sedikit yang kita miliki,
walaupun hanya seteguk air, bisa mendatangkan keberkahan dan kebahagiaan bagi
kita. Kebaikan sejati adalah ketika kita memberi tanpa mengharapkan balasan
apapun, semua hanya karena itulah kewajiban yang benar untuk dilakukan.
Didalam Al Quran Surat Rahman ayat
60 memastikan kalau kita ingin hidup bahagia kerjakan kebaikan, karena “Tiada balasan untuk kebaikan adalah
kebaikan(pula)”
Gun, ingatlah kembali ladang
kebaikan yang bisa kamu panen, lakukankan dengan tulus setiap yang kamu
lakukan, jangan harapkan pamrih. Jadilah pendengar yang baik walaupun susah
untuk dilakukan tetapi berusahalah, karena usahamu inilah yang akan dinilai
pahala, sebarkan cinta dan empati untuk orang-orang sekitarmu, bantulah segala
sesuatu dengan tindakan yang nyata, jadikanlah dirimu tauladan dan inspirasi
kebaikan dari orang lain, hindarilah konflik seberat apapun yang dihadapi dan
bangunlah suasana saling mendukung satu dengan yang lain, bantulah yang lain
dengan tanpa menghakimi.
Gun, bukan hanya itu, kebaikan yang
Allah lihatkan kepadamu begitu banyaknya. Jadikanlah engkau dikenang bukan
karena apa-apa, tetapi karena kebaikan yang telah engkau tebarkan kepadanya.
Akhir tulisan ini, akupun
meneteskan air mataku, dan terucap insyaallah. Akupun memohon, “Allahumma A’inni ‘Ala Dzikrika Wa Syukrika
Wa Husni ‘Ibadatik”. Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu,
bersyukur pada-Mu, dan memper-bagus ibadah kepada-Mu.” (HR. Abu Daud dan Ahmad).
Kamis pagi di 7.10 di tanggal 10 bulan 10 tahun 2024.
Igun Winarno
Hati yang galau
Komentar