"One Person, One Innovation" Sebuah
Pola Leadership, Adakah yang salah? Sebuah
judul tulisan yang menggelitik. Ada sebuah kesan seolah dengan sebuah kebijakan
ini terdapat penolakan ataupun anggapan sarkas. Mari kita ttinjau tentang pola
leadership seperti ini.
Kita
tinjau yang pertama tentang Inovasi. Inovasi kita definisikan sebagaai proses
penciptaan, pengembangan, dan implementasi ide-ide baru yang bertujuan untuk
menghasilkan perubahan positif atau peningkatan dalam produk, layanan, proses,
atau sistem.
Inovasi
tidak hanya terbatas pada penemuan teknologi baru, tetapi juga mencakup
pendekatan baru dalam menyelesaikan.
Penulis
sempitkan dalam kancah rumah sakit, untuk mereka yang mempunyai inovasi tinggi,
merupakan individu-individu yang bekerja dan secara aktif mencari cara-cara
baru dan lebih baik untuk melakukan pekerjaan mereka. Mereka adalah para
pemikir kreatif yang tidak puas dengan status quo dan selalu berusaha untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
Dalam
konteks kepemimpinan (leadership)
merupakan konsep yang menekankan pentingnya setiap individu dalam tim atau
organisasi untuk berkontribusi dengan ide-ide inovatif.
Kepemimpinan
yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu menggerakkan dan mengadopsi prinsip
ini untuk memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk memiliki rasa tanggung
jawab terhadap pertumbuhan organisasi (sense
of belonging) sebuah rasa memiliki dan keinginan untuk kemajuan bersama.
Tentunya
seorang pemimpin (leader) mempunyai kewajiban
untuk menumbuhkan inovasi yang tinggi bagi SDM yang ada agar organisasi bisa
berjalan dan begerak dalam rel yang bisa memberikan margin yang positif, dalam kaitan ini adalah keselamatan dan
kepuasan pasien yang tinggi. Pola kepemimpinan (leadership) ini meliputi beberapa hal penting:
a. Menciptakan
Lingkungan yang Mendukung Kreativitas
Pemimpin
harus memastikan adanya budaya organisasi yang terbuka untuk ide-ide baru,
mendorong percakapan kreatif, serta mengurangi rasa takut akan kegagalan.
Memberikan ruang bagi tim untuk berpikir di luar kebiasaan tanpa merasa
dihakimi. Ini adalah kunci utama dalam memberikan ruang berpikir SDM yang
kreatif.
b. Memberikan
Motivasi dan Dorongan
Pemimpin
perlu memotivasi anggota tim untuk terus berinovasi. Ini bisa dilakukan dengan
memberikan pengakuan atas upaya kreatif, baik yang berhasil maupun yang belum.
Penghargaan atas kegagalan yang produktif bisa menjadi motivator besar dalam
proses inovasi. Penghargaan ini juga bisa menumbuhkan retensi SDM unggul di rumah sakit.
c. Menyediakan
Sumber Daya yang Diperlukan
Inovasi
memerlukan dukungan baik dalam hal finansial, teknologi, maupun waktu. Pemimpin
harus memastikan tim memiliki akses terhadap sumber daya yang cukup untuk
mengembangkan ide-ide baru.
d. Mendorong
Kolaborasi dan Pembelajaran Terus-Menerus
Kolaborasi
antar departemen dan individu dengan latar belakang berbeda sering kali menjadi
sumber ide-ide inovatif. Pemimpin harus memfasilitasi interaksi ini dan
mendorong pembelajaran berkelanjutan agar tim selalu mendapatkan informasi
terbaru yang dapat meningkatkan inovasi.
e. Menjadi
Contoh dalam Berinovasi
Pemimpin
harus mempraktikkan inovasi dalam tindakan sehari-hari. Dengan menunjukkan
inisiatif dan keberanian dalam mencoba hal-hal baru, pemimpin bisa
menginspirasi tim untuk melakukan hal yang sama.
f. Menerapkan
Sistem Evaluasi yang Fleksibel
Inovasi
sering kali tidak sesuai dengan cara penilaian yang terlalu kaku. Pemimpin
harus mampu menilai inovasi dengan cara yang mendukung eksperimen dan iterasi,
bukan hanya keberhasilan instan.
g. Mengelola
Risiko dengan Bijak
Inovasi
selalu melibatkan risiko. Pemimpin harus memiliki kemampuan untuk menilai dan
mengelola risiko dengan bijak, memastikan bahwa kegagalan adalah bagian dari
proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari sepenuhnya.
Melihat
ini, One Person One Inovation, Sebuah Pola Leadership adakah yang salah?
Tentunya bgai penulis, jawabannya adalah tidak. Tetapi ini justru adalah sebuah
keharusan dalam pola kepemimpinan yang efektif. Tetapi yang perlu diingat,
seorang pemimpin bukan hanya sekedar berinovasi dengan One Person One Inovation
tetapi disertai dengankepemimpinan seperti tersebut diatas. Pola kepemimpinan
yang efektif, motivatif, inspiratif, suportif dan aspiratif.
One Person One Inovation yang di
inisiasi oleh Direktur RSUD Ajibarang, tentunya sebuah Inovasi yang semestinya
diterima oleh seluruh SDM untuk selalu tumbuh dalam prioritas pelayanan
terhadap pasien. Inovasi ini sebagai Motor Penggerak Perubahan di Rumah Sakit.
Setiap
individu di rumah sakit, baik itu dokter, perawat, staf administrasi, atau
siapa pun, memiliki potensi untuk menjadi inovator. Inovasi bukan hanya tentang
penemuan teknologi canggih, tetapi juga tentang ide-ide kreatif yang dapat
meningkatkan kualitas pelayanan, efisiensi kerja, dan kepuasan pasien.
Mengapa
Inovasi ini Penting di Rumah Sakit?, karena;
a.
Inovasi dapat menghasilkan metode perawatan yang lebih
efektif, mengurangi waktu tunggu pasien, dan meningkatkan kepuasan pasien. Tentunya
ini terkait dengan Peningkatan Kualitas Pelayanan:
b.
Inovasi dapat memunculkan proses kerja yang lebih
efisien, dapat menghemat waktu dan sumber daya, sehingga memungkinkan staf
untuk fokus pada tugas yang lebih penting. Inilah untuk menumbuhkan margin
postif di lingkungan rumah sakit efisiensi Kerja.
c.
Dunia kesehatan terus berkembang, inovasi membantu
rumah sakit untuk tetap relevan dan mampu menghadapi tantangan baru. Untuk bisa
bertahan maka perlu adaptasi terhadap perubahan. Inovasi juga akan meningkatkan
branding rumah sakit dimata costumer.
d.
Lingkungan yang mendorong inovasi dapat meningkatkan
semangat kerja dan kreativitas tim. Inilah pentingnya sebuah dorongan motivasi tim
agar sebuah visi rumah sakit dapat tercapai lebih cepat dari target.
Apakah
menumbuhkan one person one inovation
itu salah? Menumbuhkan konsep "one
person, one innovation" tentunya tidaklah salah tetapi sebuah kreatifitas pemimpin yang keren, yang
perlu didukung. Namun inovasi pimpinan ini perlu dilakukan dengan pendekatan
yang bijaksana agar efektif. Ide ini memiliki potensi untuk memperkuat budaya
inovasi, di mana setiap individu didorong untuk memberikan kontribusi dalam bentuk
ide atau solusi kreatif. Namun, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan agar
strategi ini berhasil dan tidak menimbulkan beban yang tidak produktif:
Permasalahan
yang bisa muncul diantaranya
a.
Inovasi Menjadikan Beban yang Terlalu Berat
Jika
tidak dikelola dengan baik, strategi ini bisa membuat individu merasa terbebani
dengan target inovasi, terutama jika mereka tidak mendapatkan dukungan atau
sumber daya yang memadai. Ini bisa menyebabkan stres atau frustrasi.
b.
Pola Pikir Asal Aku ada, Kualitas versus Kuantitas
Memaksa
setiap individu untuk selalu menghasilkan inovasi bisa menurunkan kualitas ide.
Ada risiko bahwa orang akan mengajukan inovasi hanya untuk memenuhi tuntutan,
bukan karena adanya ide yang substansial.
c.
Tidak Semua Orang Nyaman dengan Inovasi
Tidak
semua orang memiliki keterampilan atau kecenderungan alami untuk berinovasi.
Mendorong semua orang untuk melakukan hal yang sama tanpa memperhatikan
perbedaan gaya berpikir atau peran mereka dalam organisasi bisa menjadi
kontraproduktif.
d.
Manajemen, Implementasi dan Evaluasi
Meskipun
banyak ide yang dihasilkan, kemampuan untuk menindaklanjuti dan
mengimplementasikan inovasi juga harus ada. Jika tidak, ide-ide tersebut bisa
saja berakhir sebagai ide yang tidak terealisasi. Sehingga bisa menumbuhkan ruang diskusi untuk membahas sebuah
inovasi mengapa berhasil dan mengapa tidak berhasil. Sebuah evaluasi untuk
mendukung setiap SDM yang berinovasi bisa mewujudkan inovasi yang berkualitas.
Manajerial dukungan, penghargaan itu sangatlah diperlukan.
Solusi
untuk Memaksimalkan "One Person, One
Innovation", diantaranya;
a.
Dukungan dan Pelatihan
Pemimpin
harus memberikan dukungan berupa pelatihan, bimbingan, dan alat yang diperlukan
untuk menumbuhkan keterampilan inovatif bagi setiap individu.
b.
Sistem Penghargaan yang Proporsional
Mengapresiasi
setiap ide tanpa menekankan bahwa semua ide harus diimplementasikan bisa
menciptakan keseimbangan antara kreativitas dan ekspektasi.
c.
Fleksibilitas dalam Penerapan
Pendekatan
ini bisa lebih efektif jika diberlakukan secara fleksibel, di mana setiap orang
didorong untuk berinovasi sesuai dengan kemampuan dan konteks kerja mereka,
bukan sebagai keharusan yang kaku.
d.
Pemantauan dan Evaluasi
Pemimpin
juga mengedepankan proses tumbuhnya ide-ide inovasi, disamping ide yang muncul
juga aplikasinya dan seberapa besar inovasi ini memberikan dampak yang positif
bagi rumah sakit, sebuah return in
investmen (ROI). Kondisi ini bisa juga dengan menumbuhkan ruang diskusi
untuk membahas sebuah inovasi mengapa berhasil dan mengapa tidak berhasil.
Sebuah evaluasi untuk mendukung setiap SDM yang berinovasi bisa mewujudkan
inovasi yang berkualitas. Manajerial dukungan, penghargaan itu sangatlah
diperlukan.
Masih ragu dengan One
Person One Inovation?, mari katakan “TIDAK” dan ayo bergerak dengan mewujudkan sebuah inovasi yang
berkualitas untuk meningkatkan keselamatan dan kepuasan pasien.
dr. Igun
Winarno, SpAn-TI.,FISQua
Kepala Diklat dan PSDM RSUD Ajibarang
Komentar