ANESTESI
OPERASI DAERAH THT
(IgunWinarno, dr, SpAn)
Operasi
pada daerah THT banyak melibatkan operasi THT (tonsilectomy, FESS, mastoidectomy, tympanoplasty, dll),
endokrinologi (total tyroidectomy,
paratyroidectomy, parotydectomy, RND,), gigi mulut (odontectomy,
ameloblastoma), plastik (labioplatoszizis,
palatosziscis, maksilectomy, mandibulektomi).
Hal-hal
yang berkaitan biasanya dengan hipotensi kendali dan bagaimana caranya serta
berkaitan penggunaan N2O pada operasi tympanoplasty.
Tonsilectomy
dan OSA
Operasi
THT ada beberapa yang perlu mendapatkan perhatian, diantarannya : mastoidektomi
berkaitan dengan tertembusnya cranium, pemasangan tympanoplasty berkaitan
dengan lepasnya alat dan tonsilektomi berkaitan dengan OSA dan perdarahan pasca
operasi.
Mastoidektomi
dengan resiko tertembus cranium maka komplikasi keluarnya LCS sangat mungkin
terjadi, oleh karena itu teknik anestesi harus benar-benar menjaga tidak
terjadinya peningkatan TIK, juga komunikasi dengan operator harus dibangun.
Tympanoplasty
berhubungan dengan alat yang baru dipasang, oleh karena itu hindari N2O (efek
diffusi pada organ berongga sehingga menambah tekanan didalam tympani) dan
resiko lepas besar, selain itu teknik ekstubasi harus dilakukan ekstubasi dalam
untuk menghindari gejolak dan lepasnya alat.
Pada
tonsilektomi, hal yang paling kita takutkan adalah terjadinya OSA(obstructive sleep apneu) pasca operasi dan perdarahan pasca operasi. Adapun
problem secara umum karena banyak pada anak kecil, obstruksi jalan nafas, operasi
pada daerah jalan nafas (salomeà
satu lobang rame-rame), Kemungkinan aspirasi perdarahan besar, Kematian terkait
dengan rentang tonsilektomi dari 1: 40.000
sampai 1: 12.000 (Miller's Anesthesia - 7th Ed).
Obstruksi
sleep apnea (OSA) merupakan suatu
kondisi tersumbatnya jalan nafas baik total atau sebagian sewaktu tidur dan
menyebabkan terjadinya suara mendengkur, desaturasi oksihemoglobin dan aurosal.
Kejadian OSA 60 % penderita terdapat kelebihan berat badan, OSA juga berkaitan
dengan ukuran leher, area distal faring, pembesaran adenotonsiler, lidah besar
(makroglosia),
PPOK, penyakit paru restriktif dan penyakit neuromuskuler. Sedangkan apneu
didefinisikan sebagai berhentinya pernafasan sedikitnya selama 10 detik.
Manifestasi biasanya sering
mengantuk (berkaitan dengan hipoksemia), prestasi belajar menurun, mendengkur
saat tidur, tidak nyaman saat tidur, mengeluh dipagi hari, gangguan konsentrasi
dan bekerja di siang hari.
Pasca
operasi sebaiknya dievaluasi efek yang mungkin ditimbulkan, oedem laryng atau
pangkal lidah (deksametasone biasanya bermanfaat), hati-hati pemberian opioid,
NSAID (hati-hati efek gangguan agregasi trombosit).
Pada
ujian materi ini biasanya akan terkait dengan anak-anak, kegemukan, perdarahan
pasca operasi dengan syok hypovolemik. Sehingga pada operasi tonsilektomi
sebaiknya diekstubasi dengan sadar untuk menghindari efek aspirasi bila terjadi
perdarahan.
Bila
timbul komplikasi perdarahan pasca operasi, yang harus kita lakukan adalah
resusitasi dengan kristaloid, pastikan jalan nafas aman, breathing pertahankan
supaya jangan terjadi asirasi (kepala lebih tinggi bila pasien sadar, kepala
rendah bila pasien tidak sadar, dan induksi dengan RSI dan selick manuver), bangun
komunikasi secepatnya dengan operator dan persiapan harus baik dengan menjamin
laryngoscope baik (sebaiknya tersedia minimal 2), dan alat lainnya tersedia.
Sindroma Pickwickian atau Obesitas Hipoventilasi Sindrom
Merupakan
syndrome akibat kegemukan (BMI > 40) yang berupa timbulnya sesak nafas
adekuat serta timbulnya sesak dimalam hari saat tidur dengan ditandai keadaan
hipoksemia dan hypercapnia.
Kondisi
ini kadang diperberat dengan kompensasi kelainan jantung (kardiomegali), katup
jantung, hepar, edema paru, hypertensi pulmonal, edema kaki, polisitemia (Hb
tinggi, hematokrit tinggi) sebagai efek kompensasi dengan meningkatnya eritropoitin.
Kurva oksihemotglobin bergeser ke kiri (akibat penumpukkan CO2) sehingga
terjadi asidosis.
Efek
lain dalam kepentingan anestesi hampir
sama dengan
obstruktif sleep apneu.
(by goens "GN")
Komentar