Cardiac Output
Parameter dan
Pengaruhnya Terhadap Sistem Hemodinamik
(Igun Winarno)
Pendahuluan
Secara anatomis jantung berfungsi sebagai 2 organ pompa,
yaitu atrium dan ventrikel kanan, serta atrium dan ventrikel kiri, ventrikel
adalah pompa utamanya. Ventrikel kanan menerima darah dari sistem vena (darah
deoksigenasi) dan memompanya ke sirkulasi pulmoner, sedang ventrikel kiri
menerima darah dari vena pulmoner (darah teroksigenasi) dan memompanya ke
sirkulasi sistemik.
Fungsi sistolik ventrikel sering disamakan dengan cardiac output, yang dapat didefinisikan
sebagai volume darah yang dipompa jantung per menitnya. Karena kedua ventrikel
berfungsi dalam satu rangkaian, hasilnya biasanya setara, hal ini bisa
digambarkan sebagai perkalian stroke
volume dan heart rate.
Hemodinamik merupakan sistem aliran darah kardiovaskiler
yang memperlihatkan sistem kerja kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah).
Cardiac Output
Ahli anestesi harus memiliki pengetahuan mendalam mengenai
fisiologi kardiovaskuler, hal ini sebagai dampak nyata terhadap perkembangan
ilmu anestesi dalam penanganan modern dan aplikasinya dalam praktek. Sistem
sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh darah, dan darah. Fungsinya adalah
menyediakan oksigen dan gizi yang dibutuhkan jaringan serta membawa produk sisa
metabolisme. Jantung memompa darah melalui 2 jalur vaskuler, dalam sirkulasi pulmoner
darah mengalir melalui membran alveoler-kapiler, membawa oksigen, dan
mengeliminasi CO2. Pada sirkulasi sitemik, darah teroksigenasi dipompa ke
jaringan yang memetabolisasi, dan membawa produk sisanya ke paru, ginjal, atau
hepar.
Cardiac output (CO)
adalah volume darah yang dipompa oleh ventrikel setiap menit. Heart rate, preload, afterload,
kontraktilitas sangat menentukan CO,
pada gilirannya, bila
dikombinasikan dengan resistensi arteri perifer akan menentukan
perfusi ke organ.
Parameter
Stroke volume (SV) atau isi sekuncup ialah volume darah yang
dipompakan ventrikel tiap kali berkontraksi. Sedangkan cardiac output (CO) atau curah jantung ialah volume darah yang
dipompakan ventrikel menuju aorta tiap menit. Curah jantung (CO) merupakan hasil perkalian antara isi sekuncup
ventrikel dengan frekuensi denyut jantung.
Cardiac output = stroke volume x heart rate
SV merupakan
selisih antara end diastolic volume (EDV)
±120 mL dengan end systolic volume
(ESV) sebesar ±50 mL, sehingga SV adalah sebesar ±70 mL.
CO juga sering
dihubungkan dengan luas permukaan tubuh /body
surface area (BSA) disebut cardiac
index (CI), yang merupakan
pembagian curah jantung dengan luas permukaan tubuh yang sesuai dengan berat
badan. Nilai normal cardiac index berkisar 2,5- 4,2 L/menit/m2.
Carduac Index =
cardiac output / BSA
Hal-hal yang
mempengaruhi cardiac output
Meskipun CO
dipengaruhi oleh HR dan SV, perubahan HR secara umum lebih menentukan secara
kuantitatif terhadap perubahan CO.
Tabel : Parameter
yang mempengaruhi Cardiac Output
Parameter Kenaikan
Cardiac Output
|
Parameter Penurunan
Cardiac Output
|
Heart rate antara 50-150 x/mnt
|
Heart rate < 50 dan > 150 x/mnt
|
Atrial kick
|
Lack of atrial kick
|
Adequate filling time
|
Inadequate filling time
|
Frank starling law-more myocardial stretch
|
Frank starling law-less myocardial stretch
|
Increased preload (to a limit)
|
Reduced preload (to a limit)
|
Low afterload
|
High afterload
|
Kenaikan HR melebihi 150 x/mnt dikaitkan dengan penurunan
CO, hal ini dikarenakan “filling time”
yang menurun, dan menurunnya fase diastolik (atrial kick). Sehingga bisa dikatakan CO akan menurun bila terjadi
penurunan atrial kick, demikian
sebaliknya. Pada kondisi dimana pengisian saat diastolik terjadi peningkatan
regangan myocardial, sehingga akan
menaikkan stroke volume, hal ini terjadi sampai batas dimana peregangan otot
jantung sampai kondisi maksimal akan terjadi penurunan SV (Frank Starling Law). Hal ini bisa dianalogikan dengan peningkatan
dan penurunan preload. Afterload merupakan tahanan yang berbading lurus dengan
SVR, sehingga akan terjadi kenaikkan CO jika kondisi afterload menurun,
demikian sebaliknya pada kondisi meningkat akan terjadi tahanan yang melawan
ejeksi dari ventrikel sehingga akan terjadi penurunan CO.
Gambar 1 : Cardiac
Cycle
Keterangan Gambar : fase awal sirkulasi jantung akan terjadi
pengisian atrium oleh darah melalui vena cava inferior dan superior, kemudian
darah mengalir dari atrium ke ventrikel secara pasif mencapai sekitar 80%
(E/rapid inflow), saat volume atrium dan ventrikel berada pada kondisi dan
tekanan yang sama (fase isovolumetrik), dilanjutkan fase atrial kick yang mengalirkan aliran darah 20 % sisanya, hal
ini akan nampak sebagai gelombang A/P, kemudian diikuti penutupan katup AV
sebagai bunyi jantung I. Keempat tahapan dalam fase diastolic dikatakan sebagai
diastolic filling time. Pada saat
tekanan didalam ventrikel melebihi tekanan di aorta atau arteri pulmonal (EDV),
maka akan terjadi pembukaan katup AV/AP sebagai bunyi jantung II, ventrikel
akan berkontraksi untuk mengeluarkan darah (ESV). Seadngkan SV = EDV – ESV,
Ejecction fraction = SV/EDV.
Tekanan darah
arteri (SVR/sistemic vasculer resistence) yang melawan kekuatan ejeksi ventrikel memiliki efek negatif terhadap SV.
Hal ini disebabkan oleh efek segera dari regangan aktif yang terjadi tidak
menghasilkan ejeksi namun untuk meningkatkan tekanan intraventrikuler saat fase
isovolumetrik dari siklus jantung. Ejeksi ventrikel tidak akan terjadi tanpa
adanya peningkatan tekanan intraventrikel yang terus naik melebihi tekanan
darah arteri, dimana peningkatan tekanan intraventrikel hingga level tersebut
membutuhkan energi yang besar. Jika tekanan arteri tinggi, maka energi
kontraktil yang digunakan untuk meningkatkan tekanan intraventrikel saat fase
kontraksi isovolumetrik akan lebih besar dan sisanya digunakan untuk fase
ejeksi. Dari uraian diatas, tiga mekanisme utama regulasi stroke volume adalah :
- Regangan miosit saat diastol, yang ditentukan oleh tekanan akhir diastol.
- Kontraktilitas ventrikel, yang dimodulasi oleh sistem syaraf simpatis dan pengaruh bahan kimia lain.
- Tekanan darah arteri (SVR), yang melawan energi ejeksi.
Perubahan pada
preload terutama akan mempengaruhi EDV, sedangkan perubahan afterload dan
kontraktilitas akan merubah ESV. EDV dan ESV merupakan dua variabel yang saling
bergantung sehingga perubahan pada salah satunya akan merubah variabel yang
lain.2,6 Selisih antara EDV dan ESV akan menggambarkan stroke volume, (SV = EDV-ESV), sedangkan Ejection
Fraction (EF) merupakan estimasi global dari fungsi jantung (EF = SV/EDV).
Cara pengukuran
cardiac output
Cardiac output (CO)
merupakan indikator utama atau
variabel penting dalam penilainan status hemodinamik. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, CO dapat dihitung dari
perkalian antara stroke volume
(SV) dengan frekuensi jantung
(HR). Pengukuran frekuensi jantung
mudah dilakukan tetapi pengukuran akurat dari SV merupakan tantangan yang lebih
besar. Karena kesulitan dalam mengukur SV ventrikel kiri, beberapa metode baik
dengan metode invasif maupun noninvasif telah dikembangkan. Di laboratorium
kateterisasi jantung atau di unit perawatan intensif, CO diukur terutama
menggunakan metode Fick atau metode dilusi (misalnya metode termodilusi) dan menggunakan teknik Doppler ultrasound. Kedua metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing yang akan dibahas lebih lanjut.
Prinsip Metode Fick
Pada tahun 1870,
Adolph Fick pertama kali mengemukakan sebuah metode untuk mengukur CO pada
manusia. Fick menduga bahwa pengambilan oksigen di paru sepenuhnya ditransfer
ke sirkulasi darah dan dari situlah CO dapat dihitung dengan mengetahui
konsumsi oksigen tubuh, perbedaan kandungan oksigen antara darah arteri dan
vena (gambar 8 dan persamaan CO ).
Persamaan. Aliran darah (Q), dalam hal ini CO adalah
sama dengan konsumsi oksigen tubuh (VO2) dibagi dengan selisih
antara kandungan oksigen arterial (CaO2) dengan kandungan oksigen
vena campuran (CvO2).
Metode Fick
sering digunakan namun perlu juga untuk mengingat keterbatasannya, antara lain
nilai yang berasal dari asumsi konsumsi oksigen secara umum mempunyai kesalahan
yang besar, pengukuran saturasi oksigen, dan keadaan yang diasumsikan stabil.
Pada kondisi ideal, kesalahan metode Fick dalam pengukuran CO sebesar 10 – 15%.
Metode Fick
paling akurat digunakan pada kondisi CO rendah. Pada status hemodinamik
tersebut, perbedaan saturasi oksigen antara arteri dan vena sangat besar
sehingga memperkecil kesalahan pada pengukuran saturasi oksigen. Metode ini
juga merupakan metode yang paling akurat pada pasien dengan frekuensi dan ritme
jantung yang irreguler seperti pada fibrilasi atrial atau ventrikular bigemini.
Metode Dilusi Indikator dan Termodilusi
Metode dilusi
dengan indikator, pertama
kali digunakan pada hewan oleh Haller pada tahun 1761. Secara sederhana
dilakukan injeksi bahan indikator (via bolus atau drip), lalu dilakukan
pengukuran konsentrasi bahan tersebut di sirkulasi per satuan waktu. Perubahan
konsentrasi indikator yang terukur, perunit waktu setelah injeksi,
menggambarkan CO. Bahan
indikator merupakan bahan non toksik, dapat bercampur sempurna dengan darah,
tidak keluar dari aliran darah dan dapat dengan akurat diukur. Banyak indikator
yang telah lama digunakan termasuk Indocyanine green, dan albumin berlabel
radioyodin. Namun saat ini yang sering digunakan adalah larutan garam hipertonik
yang pertama kali digunakan oleh Stewart 1890an.
Metode ini diperbaharui oleh Ganz (1971) untuk mengukur cardiac ouput, prinsipnya menggunakan indikator dengan larutan
dingin, sehingga akan terdilusi oleh aliran darah di arteri pulmoner. Larutan
diinjeksikan melalui ujung proksimal kateter swanz ganz menuju ke atrium kanan,
kemudian termistor diujung kateter berfungsi mengukur temperatur pada arteri
pulmoner secara kontinyu, dan terjadi penurunan suhu di arteri pulmoner
kemudian akan naik secara perlahan karena terdilusi aliran darah sampai ke
temperatur dasar tubuh. Perubahan ini dicatat sebagai kurva perubahan suhu
arteri pulmoner tarhadap waktu. Area di bawah kurva merepresentasikan cardiac
output.
Analisis Gelombang Arterial
Velocimetri Aorta
Faktor-faktor yang
menentukan cardiac output
- Heart rate
- Stroke volume
Stroke volume
biasanya ditentukan tiga faktor utama, preload, afterload, dan kontraktilitas.
Preload adalah panjang otot sebelum kontraksi, sedang afterload adalah tekanan
yang dilawan kontraksi otot. Kontraktilitas adalah bagian intrinsik otot yang
berkaitan dengan kekuatan kontraksi tetapi tidak tergantung preload dan
afterload. Karena jantung merupakan pompa multiruang dalam 3 dimensi, baik
bentuk geometrik ventrikel dan disfungsi katup yang dapat mempengaruhi stroke volume.
Preload
Preload ialah
regangan awal miosit sebelum berkontraksi, oleh karena itu preload berhubungan
dengan panjang sarkomer pada akhir diastol.
Regangan miosit tersebut ditentukan oleh volume akhir diastolik, tekanan
akhir diastolik dan ketebalan dinding ventrikel. Pada jantung normal, preload
ventrikel kanan ditentukan EDV, secara ringkas diterangkan dalam gambar.
Gambar . Faktor-faktor yang
menentukan preload ventrikel kanan. (+) menunjukkan bahwa peningkatan variabel
akan meningkat EDV ventrikel kanan, sehingga preload meningkat; (-) menunjukkan
bahwa variabel menurunkan preload. Pemberian PEEP yang tinggi juga akan menurunkan
complience ventrikel, sehingga preload akan menurun.
Afterload
Afterload adalah
"beban" jantung untuk berkontraksi memompa darah. Komponen utama
afterload adalah resistensi aliran darah yang diciptakan oleh sirkulasi sistemik, dengan otot arteri dan arteriol yang
berperan utama memberikan
resistensi vaskular. Sumber lain adalah compliance
ventrikel dan arteri besar. Bila compliance
ventrikel dan arteri besar menurun, maka akan menghambat ejeksi darah sehingga
afterload meningkat.
Kontraktilitas
Kontraktilitas jantung (inotropik) adalah kemampuan
intrinsik miokard untuk memompa tanpa adanya perubahan dalam preload atau
afterload. Kontraktilitas dipengaruhi oleh sistem syaraf, humoral, atau
farmakologis. Obat-obat simpatomimetik dan sekresi epinefrin dari kelenjar
adrenal sama-sama meningkatkan kontraktilitas melalui aktivasi reseptor. Kontraktilitas miokard ditekan oleh keadaan anoksia, asidosis,
deplesi simpanan katekolamin dalam jantung, dan kehilangan massa otot yang
fungsional akibat iskemia atau infark. Sebagian besar agen anestesi dan
antiaritmia bersifat inotropik negatif (menurunkan kontraktilitas).
Gambar : regulasi
kontraktilitas jantung
Tabel : faktor penyebab dan intervensi klinis pada
perubahan cardiac output
Menurun
|
Intervensi
|
Indikator
|
Intervensi
|
Meningkat
|
HR ↓/ ↑↑↑, SV ↓
|
HR & SV
(intake cairan, inotropic, kontrol HR)
|
Cardiac output
|
SVR ↑, retriksi cairan
|
HR ↑, SV ↑
|
Hipoksi, asidosis, inotropik negatif
|
Dobutamin, dopamin, simpatomimetik
|
Heart rate
|
Intake cairan, penenang, analgetik, digitalis, amiodaron,
lidokain
|
Dehidrasi, keaakitan, cemas,disritmia
|
VR ↓, HR ↑↑↑
|
Intake cairan
|
Preload
|
Retriksi cairan
|
VR↑, CHF, PH, PS, TS,MS,AS
|
Anemia, SVR ↓, CV↑, TIT ↑
|
Penyebab, Dopamin, dobutamin, norephinephrine
|
Afterload
|
Vasodilator (NTG), Milrinon
|
SVR ↑, CV↓, anatmomic obstruktif, viscositas darah ↑
|
Hipoksi, asidosis,ggn elektrolit
|
Penyebab, Dobutamin, dopamin, simpatomimetik
|
Kontraktilitas
|
Intake cairan, penenang, analgetik, digitalis, amiodaron,
lidokain
|
Dehidrasi, keaakitan, cemas,(peningkatan aktivitas
syympatis)
|
Keterangan : disarikan, SV (stroke volume), TIT (tekanan
intra thorakal), CV (complience ventrikular), SVR (systemic vascular
resystence), HR (heart rate), PH (pulmonal hypertensi), PS (pulmonal stenosis),
TS (trycuspidal stenosis), MS (mitral stenosis), AS (aorta stenosis), CHF
(cardiac heart failure), ↑ (meningkat), ↑↑↑ (sangat meningkat), ↓ (menurun),
↓↓↓ (sangat menurun)
Perubahan Fisiologis Stroke Volume Dan Cardiac Output
Kehamilan
Pada masa kehamilan akan terjadi perubahan hemodinamik yang besar dan dimulai pada awal trimester
pertama. Perubahan yang terjadi berupa peningkatan volume darah dan
frekuensi jantung serta penurunan resistensi vaskuler sistemik menyebabkan
peningkatan cardiac output yang
diperlukan untuk mempertahankan kehamilan. Volume darah mulai meningkat pada
trimester pertama (±6 minggu) masa kehamilan sebesar ±20% dan pada trimester
kedua akan mencapai sekitar 50% dibanding sebelum hamil. Frekuensi jantung juga meningkat menjadi sekitar 20%. Peningkatan
volume darah tersebut merupakan suatu adaptasi untuk meningkatkan aliran darah
ke organ-organ penting dalam kehamilan, khususnya uterus.
Perubahan
hemodinamik selama masa kehamilan
berhubungan dengan peningkatan cardiac
output dan penurunan resistensi perifer. Tekanan darah pada kebanyakan pasien tetap sama atau turun sedikit. Tekanan vena di kaki meningkat,
menyebabkan pedal edema pada banyak pasien.
SV dan CO juga berubah menurut perubahan posisi tubuh pada
wanita hamil terutama pada trimester ketiga. Pada posisi terlentang, SV dan CO
akan menurun signifikan dibanding posisi tidur miring ke kiri oleh karena
adanya penekanan pada vena kava inferior oleh uterus gravid, sehingga aliran
darah balik vena menurun dan akan menurunkan preload.
Perubahan
hemodinamik selama persalinan terjadi mendadak. Pada tiap kontraksi
rahim, ±500 ml darah dilepaskan ke sirkulasi, mendorong peningkatan pesat dalam
CO dan tekanan darah. CO dapat meningkat hingga 50 persen di atas nilai dasar selama kala II. Setelah
melahirkan bayi, terjadi peningkatan mendadak pada venous return, sebagian
karena autotransfusi dari
rahim, dan juga karena bayi
tidak lagi menekan vena kava inferior. Selain itu, autotransfusi terjadi terus menerus dalam 24 hingga 72 jam setelah melahirkan.
Semua perubahan
mendadak tersebut merupakan risiko tinggi untuk pasien dengan penyakit jantung. Pendekatan multidisipliner selama persalinan adalah hal yang sangat penting. Dokter spesialis jantung dan dokter spesialis kandungan harus bekerja sama dengan dokter spesialis anestesi untuk menentukan metode
persalinan yang paling aman.
Latihan
Perubahan terkoordinasi pada sirkulasi perifer dan jantung
pada saat latihan :
- Peningkatan aktifitas sistem syaraf simpatis dan penurunan aktifitas vagal untuk meningkatkan frekuensi jantung dan mempercepat fase sistolik. Penurunan waktu pengisian ventrikel diimbangi dengan peningkatan kontraktilitas atrium sehingga pengisian ventrikel lebih efektif.
- Kontraktilitas ventrikel meningkat oleh syaraf simpatis jantung dan sedikit adrenalin dalam sirkulasi. Mekanisme ini akan meningkatkan fraksi ejeksi dan SV. Total pengendalian inotropik positif antala lain oleh peningkatan aktifitas simpatis, peningkatan kadar adrenalin dan noradrenalin plasma >20 kali, dan angiotensin lebih dominan dari efek inotropik negatif oleh hiperkalemia dan asidosis laktat.
- Sistem syaraf simpatis vasomotor menyebabkan vasokonstriksi sirkulasi splanchnic dan pompa otot skeletal menekan vena pada ekstremitas yang akan meningkatkan aliran darah ke vena sentral dan mencegah penurunan tekanan vena sentral (CVP) meskipun pompa jantung meningkat, sehingga EDV meningkat dan begitupun SV dan CO.
- Vasodilatasi pembuluh darah pada otot skeletal menurunkan tahanan vaskular perifer. Mekanisme ini dapat meminimalisasi peningkatan tekanan darah saat latihan, sehingga penurunan SV oleh karena peningkatan afterload dapat dicegah.
Daftar Pustaka
- Murray MJ, Mikhail MS, Morgan GE. Cardiovascular Physiology & Anesthesia. In : Clinical Anesthesiology 4rd ed. New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill Medical Publishing Four Edition, 2006 : 359 - 412.
- Klabunde RE. Cardiovascular Physiology Concepts. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005. p.68-85.
- Mohrman DE, Heller LJ. Cardiovascular Physiology, 6th Ed. McGraw-Hill Companies, Inc.; 2006.
- Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology, 11th Ed. Philadelphia: Elsevier Inc.; 2006. p.103-288.
- Ganong WF. Review of Medical Physiology, 21st Ed. McGraw-Hill Companies, Inc.; 2003.
- Levick JR. An Introduction to Cardiovascular Physiology, 3rd Ed. London: Arnold; 2000. p.78-117.
- Boom CE. Panduan Klinis Kardiak Anestesia.. Kosa Kata Kita. Jakarta; 2010
- Johnson B, Adi M, Michael G. Licina, Hillel
H, Thys D, Hines RL, Kaplan JA. Cardiovascular Physiology,
Pharmacology, And Molecular Biology. In : Kaplan. Essentials of Cardiac
Anesthesia 1st ed. Saunders, An Imprint of Elsevier; 2008; 53-66.
- Szalados J. Approach to Intravascular Access and Hemodynamic Monitoring. In : Apostolakos MJ. Papadakos P. The Intensive Care Manual. The McGraw-Hill Companies. New York; 2001; 15-54.
- Stouffer GA. Cardiovascular hemodynamics for the clinician. Massachusetts: Blackwell Futura; 2008. p.81-87.
- McConachie I. Cardiac function, monitoring, oxygen transport. In : Handbook of ICU Therapy Second Edition. Cambridge University Press ; 2006; 3-25.
- Sharkey SW. Cardiac Output. In : A guide interpretation of hemodinamic data in the coronary care unit. Lippincott Williams & Wilkins.Philadhelpia; 1997; 49-64.
- Jhanji S, Dawson J, Pearse RM. Cardiac Output Monitoring: Basic Science and Clinical Application. Anaesthesia; 2008. p.172–18.
- Kibble JD, Halsey CR. Medical Physiology: The Big Picture. McGraw-Hill Companies, Inc.; 2009. p.131-174.
- Despopoulos A, Silbernagl S. Color Atlas of Physiology, 3rd Ed. Thieme; 2003. p.203-205.
- Lang RM, borow KM, neumann A, janzen D. Systemic vascular resistance: an unreliable index of left ventricular afterload. Circulation 1986, 74:1114-1123.
- Anonymous. The Heart and Cardiac Output. Nursecom Educational Technologies; 2004.
- Dorinsky PM. Whitcomb ME. The effect of PEEP on cardiac output. http://chestjournal.chestpubs.org/content/84/2/210.
- OH JK, Tajik AJ. Assasment of diastolik fungtion. In the echo manual. Third edition.lippincot william & wilkin .USA; 2006;122-141
- Melo A, Madonik M, Vega A. Intra-Aortic Balloon Pump. In : Perioperative Care in Cardiac. Cheng DC, David TE. Anesthesia and Surgery. Texas ; 1999; 93-97.
(ini pernah dipresentasikan atas bimbingan dr. Widya Istanto,SpAn, KAKV)
(by posting by GN)
Komentar
Artikel berikutnya mohon dibahas mengenai cardiac output yang non-invasif, misalnya dengan Lithium sensor. Sekalian paradigma stroke volume index dibandingkan cardiac index.